SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Kamis, 30 Oktober 2014

Rumah Panjang Saham

Rumah Panjang merupakan rumah adat dari Suku Dayak. Kalau Rumah Panjang Saham? Sama aja sih. hehee..ini merupakan Rumah Panjang dan terletak di Dusun Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Kebetulan Rumah Panjang Saham ini letaknya tidak begitu jauh dengan rumah Pakdhe Adi yang terletak di Pahauman, Sengah Temila. Tapi aku baru 2 kali juga sih ke Rumah Panjang Saham ini. :)
Namanya aja rumah panjang ya, jadi rumah ini panjanggggg sekali, sekitar 180 meter, dan tingginya sekitar 6 meter. Jadi disangga dengan kayu ulin.
Rumah Panjang Saham ini masih dihuni oleh masyarakat lho, tapi katanya sudah tidak seramai dulu. Jadi dalam satu rumah ada sekitar 30 an keluarga. Ada bilik-bilik yang merupakan tempat tinggal dari keluarga-keluarga tersebut. Dalam bilik tersebut juga terdapat kamar-kamar lagi, tv, dapur, dsbnya. Kita boleh masuk untuk sekedar melihat-lihat gitu kok. Ada yang jualan juga lho.
Oh iya, kalau kita mau ke sana, gratis, sama sekali tidak bayar. :)







Miss n Mr....

Jadi..ceritanya ini bagi rapor ala Miss Indonesia. Sebenarnya aku dapat ide ini dari blognya indonesia Mengajar. Hahaa...
Setiap anak itu hebat, istimewa, dan pandai dibidangnya masing-masing. Walaupun mereka bukan juara di kelas, tapi ada hal istimewa dalam diri mereka yang tidak dimiliki anak lain. Yaa...intinya supaya mereka tetep semangattt walaupun gak dapat juara sih.
Jadi pas terima rapot, ak membuat slempang dengan 3 kategori, yaitu Miss Vocabulary, Miss& Mr Friendly, dan Miss Enthusiasm. Nahh..sebenarnya, rencana awalku, gak cuma buat 3 kategori dan 4 slempang, ada banyakk rencana (banyak rencana, wkwkw), tapi berhubung membuatnya agak lama, agak ribet dan waktu itu aku juga lagi sibuk, jadi sampai hari H bagi rapot cuma jadi 4 deh. Hyahh..sedih :(

Miss Friendly (Jeni), Miss Vocabulary (Yovi), Miss Cantik, Miss Enthusiasm (Ucik), Mr Friendly (Frans. Frengki)

Selasa, 28 Oktober 2014

Pictures tell more than words *ho oh poh?*







Simping, the Smallest Island in the World

Yaakk...udah pernah ke Pulau Simping? Atau paling ngak mendengar tentang Pulau Simping? Yaakk..Pulau Simping terletak di Singkawang, Kalimantan Barat. Dan ternyata Pulau Simping ini adalah Pulau terkecil di dunia, di dunia loh! Jadi, Pulau terkecil di dunia itu ada di Indonesia? Iyaa! Ada di Kalimantan Barat? Iyaaa.... :) Ih waw banget yaa? Hahaa..
Jadi pulau Simping ini berada di kawasan Sinka Zoo. Kalau ke Kalimantan Barat, jangan lupa berkunjung ke Singkawang. Pantai yang paling terkenal di Kalimantan Barat. Di kawasan Singkawang itu lah nanti akan ditemui Pulau Simping, Sinka Zoo, Pantai Pasir Panjang, dsb. 

Lalu apa sebenarnya suatu daratan disebut pulau? Kok bisa pulau Simping disebut sebagai pulau? Pulau terkecil lagi? Padahal Desember 2013 kemarin saya ke sana, Pulau Simping itu tampak tak berpenghuni. hhm..Jadi, konon ceritanya, dulu Pulau Simping itu ada penghuninya, tapi karena terjadi abras, maka penduduk Pulau Simping banyak atau bahkan semuanya pindah. Dulu Pulau Simping bukan merupakan objek wsata, tapi sekarang menjadi salah satu objek wisata di Singkawang. Ada jembatan untuk menuju ke Pulau Simping ini, tapi Desember 2013 kemarin jembatannya rusak dan pas saya kesana pas hujan juga, jadi tidak diizinkan untuk menginjakan kaki di Pulau Simping itu. 

Oh iya, di pantai-pantai daerah Singkawang itu juga banyak terdapat kuil. Singkawang terkenal dengan nama "Singkawang Kota Amoy" atau "Singkawang Kota Seribu Kuil". Kebanyakan penduduk Singkawang adalah keturunan China. Jadi kalau udah memasuki kota Singkawang, pasti di kanan-kiri jalan kita melihat kuil. Salah satu tepi pantai di Singkawang ada banyak patung-patung shio, seperti kelinci, ular, naga, dsb. Bagusss pokoknya :) 




Kiddos' mumbling



Sudah beberapa sore aku dan ibuku pergi ke Sendang Jatiningsih. Lalu suatu sore
Ibuk  : Neng sendang meneh po ra tri?
Aku   : Ah..orak ah. Doaku ra terkabul e.
Ibuk  : Yaaa perlu doaa meneh
Aku   : Wes kesel e aku re sembayang. Huahahaa…
Ibuk  : Nek jare ne room kae, mintaa lah sak akeh-akeh e. Embuh endi lan kapan, tapi mesthi terkabul.
Aku   : Ahh Romo we. Ra nggumun.

Lalu percakapan kami selesai sampai disitu. Tapi beberapa sore kemudian aku ke sendang lagi, walaupun tidak rutin. Aku yo ra ngerti kapan dan doa apa yang akan terkabul. Dan, mungkin itu kali ya yang disebut Iman? Ketika semua doa-doa ku tidak/belum terkabul, tapi aku masih berdoa dan aku masih percaya doa-doaku akan terkabul (tapi embuh kapan)

Senin, 13 Oktober 2014

Membuat passpor? hayukk....



Jadi ceritanya aku udah punya passport. Hehee…dan ternyata membuat passpor itu gampang banget kok, kayak membuat KTP. Kemarin sebelum membuat passport, aku udah searching-searching tentang membuat passport, well, it helps me so much! J Ada juga kok pembuatan passport secara online, kita tinggal buka link, klik-klik trs tinggal datang ke bandara, tapi kita harus upload berkas-berkas kita.  Kalo dari info yang aku dapatkan, aku harus bolak-balik ke kantor imigrasi 3 kali, dan biayanya adalah Rp 255.000,00. How about now? Check this out! 

Karna aku tinggalnya di Jogja, jadi aku membuat passport di Jogja aja yaitu di kantor Imigrasi, di Jalan Solo, letaknya depan SPBU Bandara Adi Sucipto atau sebelah barat Bandara. Nah setelah sampai disana, nanti ditanya2 sama mas-mas penjaga di depan pintu. Setelah itu diberi nomer antrian dan disuruh ngambil map kuning di sebelah kiri pintu masuk. 

Setelah mengambil map, langsung kita isi aja data-data diri kita. Oh iya, supaya cepet, kita persiapkan syarat-syarat yang harus kita bawa, yaitu
1.    Fotocopy KTP dan KTP asli
2.    Fotocopy KK dan KK asli
3.    Fotocopy ijazah/akta kelahiran/surat baptis dan yang asli (pilih salah satu)
Ingat ya, kita harus bawa yang asli juga. Sebenernya syarat-syarat diatas udah cukup kok, tapi kalau kita mau go aboard dalam rangka student exchange atau tugas dari kampus gitu, kita juga perlu surat rekomendasi dari kampus beserta fotocopyannnya.
Nah, kalau yang mau cari passport anak dibawh 17 tahun, syarat-syaratnya sama kayak yang di atas itu, tapi ditambahi dengan
1.    Fotocopy KTP kedua orang tua dan KTP asli
2.    Surat pernyataan dari orang tua.
Ribet? Nggak kok, yakin deh!
Setelah kita isi data-data yang ada di map kuning tersebut, kita tinggal tunggu no antrian kita dipanggil di loket 1. Kalau loket 2 dan 3 itu untuk yang udah daftar online.

Kemarin aku sampai di Kantor Imigrasi sekitar pukul 08.30 WIB dan aku udah dapat antrian no 67. Jadi kalau mau cepet, sebaiknya datang pagi-pagi, sekitar pukul 08.00 WIB. Sambil nunggu no antrian, aku ngobrol-ngobrol sama mbak cantik. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, ternyata dia anak UGM Keperawatan. Namanya Shintia. Rumahnya deket Gereja Ganjuran. Dan dia juga pertama kali ini membuat passport. Dia dapat antrian no 66. Dia mau ke Thailand dalam rangka semacam pertukaran pelajar. Ihh waww banget ya? Waaa…Lalu kami saling tanya apa beda passport 24 halaman dan 48 halaman, berapa harganya, dsb.

Setelah kami searching-searching ternyata passport 24 halaman itu berlaku selama 3 tahun. Biasanya digunakan oleh orang-orang yang mau naik haji, sebagai TKI, atau ada tugas khusus. Harganya pun lebih murah, sekitar 200an ribu.
Sedangkan passport 48 halaman itu untuk umum. Masa berlaku selama 5 tahun. Harganya lebih mahal, yaitu sekitar 255ribu. Oke, fix, berarti kami nyari yang 48 halaman. Nah karena nomer antrian kami masih lama, akhirnya dek Shintia ke kampus dulu. Kami saling bertukar nomer HP, dengan tujuan kalau udah sampai nomer antrian 60 aku bisa SMS ke dia.

Sejenak aku nunggu sebentar, melihat kanan-kiri, dan….aku melihat sosok mbak Endang! Jadi dulu kami ketemu karena sering berkelana di kapel kampus *berkelana?* Mbak Endang itu dari BK 2006. Dia kemarin sama anaknya yang no 3. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, ternyata mbak Endang juga baru aja resign, yaitu Juni tahun ini *ahh, out of the context!* Ternyata yang membuat passport adalah anak mbak Endang. Anaknya itu mau ikut festival tari di Hongkong. Anaknya baru kelas 3 SD, di SD Kanisius Condong Catur *cah cilik ik wes tekan hongkong, aku? =.= *

Setelah nunggu agak lama, akhirnya tibalah giliranku. Itu termasuk cepet dink karena ada beberapa nomer antrian yang dipanggil tetapi orangnya nggak ada. Dan pas aku tanya di dalam, kalau nomernya tadi kelewatan gimana? “Wah, ya nanti kami panggil lagi mbak. Kalau semuanya udah habis” Nah, jadi kalau ngantri, mending nggak usah ditinggal pergi-pergi ya.

Aku masuk ke ruangan dan ke loket 1. Sama mbaknya ditanya, mau ke mana, alamat, pekerjaan, dsb. Setelah di cek semuanya lalu langsung disuruh foto. Fotonya nggak jauh kok, cuma di deket mbaknya udah ada petugas khusus yang memfoto.

Pas foto gak boleh pake kacamata. Ternyata petugas yang memfoto itu adalah Pak Matheo, dia adalah suaminya temenku yaitu Ivon. Setelah selesai foto, ditanya-tanya lagi, disuruh ngecek nama, alamat, dan tempat/tanggal lahir. Terus dikasih slip. Slip itu digunakan untuk membayar ke bank BNI. Dan ternyata sekarang mbayarnya adalah Rp 355.000,00. Itu berarti naik Rp 100.000,00 huhuhuu….. Passport kita akan jadi 3 hari setelah kita bayar ke BNI.

Setelalah selesai, aku dan dek Shinta menuju Bank BNI UGM yang letaknya disebelah selatan Radio Swaragama. Karena sebelum berangkat tadi aku udah ngambil uang duluan, jadi aku langsung bayar. Sedangkan dek Shinta ngambil uang di ATM dulu. Bayarnya jadi Rp 360.000,00 karena Rp 5.000,00 digunakan untuk administrasi. Tidak berapa lama, muncullah dek Shintia. Lalu dia segera membayar, setelah selesai membayar, kami masih ngobrol ngalor ngidul. Lalu kami berpisah. Wah, dapat teman setengah hari juga deh J

Tiga hari berikutnya, aku mengambil passport di kantor Imigrasi. Proses ngambilnya cepet kok. Setelah mendapatkan passport, kita disuruh untuk mengecek nama, alamat, foto, dan tempat/tanggal lahir kita. Setelah bener semua, kita disuruh tanda tangan dan disuruh memfotocopy passport kita @2 lembar. Disana juga ada tempat foto copy kok, yaitu di sebelah bawah, deket parkiran. Foto copynya bayar Rp 1.000,00. Setelah difotocopy, satu diberikan di kantor Imigrasi satunya kita bawa. Setelah itu…..jreng..jreng..selesailah acara pembuatan passport. Gampang dan cepet kan? J

Jadi kalau kita akumulasi biaya pembuatan passport adalah:
1
Biaya pembuatan passport
Rp 355.000,00
2
Administrasi Bank
Rp      5.000,00
3
Parkir 2@1000
Rp      2.000,00
4
Foto copy passport
Rp      1.000,00

Total
Rp  363.000,00


Selasa, 02 September 2014

Racetho!



           Malam itu aku bertemu dengan temanku. Sudah cukup lama sepertinya kami tidak bertemu. Kebetulan dia sedang ada acara dan menginap di Klepu. Aku menemuinya kira-kira jam 7.30pm. Sudah malam, iya sudah malam, tapi kusempatkan menemui dia.
            Kami hanya sedikit ngobrol di Pastoran yang lebih mirip hotel itu. Setelah itu dia mengajak makan diluar karena dia tidak begitu nyaman makan di sana. Klepu? Hhhm..itu jauh dari kota. Jauhh sekali. Dia bilang, di mana lah terserah, jl. Godean pun jadi. Aku udah lapar. Lalu karena tiba-tiba aku pengen sengsu, aku ajak dia cari sengsu. Biasanya di daerah Minggir itu ada sengsu. Dia manut2 aja. Lalu kami memacu motor kami masing2. Sudah malam, gelap, sawah2, jalan desa. “Heh..iki tekan ngendi? Kok sawah2? Ndeso banget!” katanya. “Hahaa…nggaya banget sih! Aku tidak akan menjerumuskanmu!” jawabku sambil tertawa.
            Kami menuju sengsu yang kumaksud, dan ternyata…deng..deng..sengsunya tutup! Hahaha…Aku sih tidak begitu kecewa, aku tidak begitu lapar juga. Lalu dia agak menggerutu dan marah, “Mana?” tanyanya. “Duh ternyata tutup. Gimana ni? Kamu meh maem opo?” tanyaku, dan aku bener2 gak enak. “Yaa terserah kowe wae. Manut aku.” jawabnya.
            Setelah muter2, akhirnya kami maem di penyetan, masih disekitar Minggir. “Iki sih jarak e wes kayak neng kota!” katanya. “Orak ya!” jawabku.
“Wes adoh-adoh, lewat pring-pring, mblusuk2, sawah2, ndeso banget, akhir e ming neng kene!”
“Heh, santeee loh. Nggaya banget sih! Sekali2 lah ben dirimu ora neng kota terus!”
“Kan aku mau ngomong, neng daerah jl. Godean yo rapopo, sik penting kita maem, trs iso ngobrol2 gitu!”
“Kan mau kita meh maem sengsu!”
“Kita? Kowe wae, aku sih orak! Egois e kw ki!”
“Halahhh…nggaya banget sih! Egois piye sih? Remuni mau terserah?!”
“Ra mbayangke aku nek pacaran, koyo ngene ki terus tak tinggal bali kowe!”
“Huakakak….untung kita ra pacaran ya! Yo kon nek arep tok tinggal bali!” jawabku sambil ngekek.
“Woo..racetho!”
“Huahaha..untung Mas Dika ra kayak kowe” jawabku masih sambil ngekek.
***
            Perdebatan kami hanya selesai disitu, lalu kami makan. Setelah makan kami masih ngobrol2 sampai malam. Dan ngobrol2 itu pun didalamnya juga ada perdebatan2 ra cetho kami.
***
            Ternyata, hanya masalah tempat makan aja kami berdebat kayak gitu. Duh, untung nggak sama Mas Dika, jangan2 nek dia yang ada diposisi temenku itu, dia yo marah2 (lebih parah paling). Dan, yaa..mungkin aku nggak boleh egois. *emang aku egois ya? Ahh..mbuh deh….