SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Minggu, 04 November 2012

IYD,..oh IYD....

Ini,..sebenarnya tugas wajib setelah pulang Indonesia Youth Day (IYD), yaitu...."refleksi"...

pra Indonesian Youth Day...
            “Indonesian Youth Day (IYD) ?? Apa’an tu? Temu OMK se Indonesia, dan dilaksanakan di Sintang, Sanggau, Pontianak Kalimantan Barat?? Waw..waw..waw...Pengennn ikutttt......” Itulah reaksi pertamaku saat mengetahui pengumuman dan pamflet-pamflet tentang IYD. Uhuii...di Kalimantan! Maenn-maen, yaa itulah motivasi awalku ingin ikut IYD. Hahahaa....Setelah melalui proses yang agak panjang, agak lama, dan agak berbelit-belit, jadilah aku dan Yani mendaftar untuk ikut IYD.
            Ada 3 tahap yang harus kami ikuti sebelum berangkat IYD, yaitu pra IYD 1, pra IYD 2, dan pra IYD 3. “Sanggupkah aku, Tuhan? Salah nggak to aku ‘ndaftar ikut IYD ini?” Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dalam diriku. Tapi aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku sanggup dan bisa mengikuti segala proses sebelum IYD dan pada saat IYD dan keputusanku untuk ikut IYD ini nggak salah.
            Pra IYD 1, kami kenalan dengan teman-teman se Keuskupan Agung Semarang, tapi sayang sekali yang datang di pra IYD 1 waktu itu hanya sedikit. Pada saat pra IYD 1 kami juga merefleksikan “Kenapa aku masih Katolik?” Menurutku ini adalah pertanyaan yang sederhana tapi sulit dijawab. Kenapa aku masih Katolik? Gampangnya karena semua keluargaku, nenek-kakek ku juga Katolik, sejak kecil aku juga dididik secara Katolik. Sedangkan sharing dari teman-teman yang lainnya sangatlah “waww” sekali. Ada yang merasa sentuhan, kasih dan cinta Tuhan secara nyata, ada yang merasa terselamatkan dari maut, ada yang dulu pernah meninggalkan Tuhan tapi bisa kembali lagi pada Tuhan. Pokoknya sharing dan pengalaman mereka sangatlah “waww” sekali. Sedangkan aku? Aku merasa hidupku lurus-lurus aja, tidak ada tantangan seberat yang mereka ceritakan. Yaa,  setidaknya aku masih dan selalu percaya serta yakin bahwa ada Tuhan yang selalu menopangku.
            Pra IYD 2, kami diharapkan lebih mengenal keuskupan kami yang tercinta, Keuskupan Agung Semarang. Kami diberi penjelasan tentang komisi-komisi yang ada di KAS, luas KAS, Ardas KAS, Kevikepan di KAS, Vikjen, dsbnya. Jujur, banyak yang aku gak tau dari KAS! Awrr2...kemana saja aku selama ini?? Setelah itu kami disuruh membuat tujuan hidup ya semacam ardas hidup kami masing-masing. Apa to sebenernya tujuan dari hidup kita itu? Setelah itu kami dibagi dalam beberapa kelompok dan mensharingkan ardas kami masing-masing. Dan, ardas ku adalah “Berguna bagi sesama dan Tuhan”. J Alasan aku memilih ini  karena aku merasa hidupku dari sesama dan Tuhan, aku tidak bisa jadi apa-apa dan siapa-siapa tanpa sesama dan Tuhan. Dalam pra IYD  2 ini kami juga diharapkan bisa  glow in the dark. Ada banyak cara yang bisa digunakan dalam katakese, ada banyak media yang sesuai atau yang sedang booming saat ini yang juga bisa digunakan dalam katakese. Dalam pra IYD 2 ini juga ada outbondnya. Pra IYD 2 sangat melelahkan memang, tetapi dari outbond dan sharing inilah kami menjadi semakin mengenal teman-teman kami yang lain. Pra IYD 2 juga membuat kami lebih mengenal tentang keuskupan kami sendiri.
            Pra IYD  3 lebih fokus ke teknis pelaksanaan IYD; apa aja yang harus dibawa dan tidak boleh dibawa, bagaimana cara packing, apa yang harus kami lakukan saat IYD, dsbnya. Pagi harinya kami latihan jalan. Kami membawa tas yang besok akan kami gunakan untuk IYD, lalu kami berjalan menyusuri kali krasak. Setelah itu, siangnya kami latihan untuk perform saat IYD. Pra IYD 3 ini sangat-sangat melelahkan sekali, tapi juga menyenangkan sekali. Pra IYD 3 adalah pra IYD yang terakhir sebelum kami semua berangkat IYD. Lagi, pertanyaan yang muncul dalam diriku. “Sanggupkah dan pantaskah, aku Tuhan?” Aku sangat ingat betul apa motivasi awalku ikut IYD, mungkin motivasi awalku itu tetap saja masih ada dalam diriku, tapi kini sangat-sangat aku sadari bahwa ada tanggung jawab dan konsekuensi setelah aku mengikuti IYD ini, dan aku yakin, aku siap.

18 Oktober 2012
            Sore ini ada misa pelepasan IYD kontingen Keuskupan Agung Semarang. Jujur, sejak awal sampai akhir misa pikiranku tertuju pada hari esok; IYD. Pantaskah aku, Tuhan??
            Pantaskah aku Tuhan mengikuti event sebesar ini? Pantaskah aku Tuhan ambil bagian dalam kegiatan ini? Aku bukanlah seorang aktivis di parokiku, tapi setidaknya beberapa kali aku ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan di parokiku. Bahkan setelah pra IYD I kemarin, aku dan Yani; teman separoki ku yang mengikuti IYD dituntut untuk membuat suatu acara untuk OMK. Awalnya kami berdua merasa tertekan dengan tuntutan itu. Waktu itu kami berdua masih blank dengan “IYD”, tapi kenapa baru pra IYD I kami diharuskan membuat acara untuk OMK. Sedangkan teman-teman dari paroki lain sepertinya tidak dituntut macam-macam. Rasa-rasanya tidak adil dan terlalu menuntut. Akhirnya kami membuat acara temu OMK se paroki. Acaranya pun hanya sederhana. Sebenarnya inti dari acara tersebut hanya mengumpulkan OMK, supaya kami saling kenal OMK di paroki kami karena terkadang 1 paroki pun kami tidak saling kenal, bahkan tidak tahu kalau 1 paroki. Jadi, pada waktu itu acara utama adalah ice breaking, nyanyi-nyanyi, snack, dan games. Hahahaa....Sedangkan acara tambahan adalah sharing. Sharing yang kami angkat pada waktu itu adalah “Hal apa yang telah aku perbuat untuk Gereja dan Rencana/Hal baik yang akan aku lakukan untuk Gereja”. Maksud dari sharing singkat ini adalah agar kami menyadari bahwa kami memiliki dan dimiliki oleh Gereja. Acara yang bisa dibilang cukup mendadak ini juga bisa dibilang berhasil. Hahaa....Dan kami berdua menyadari bahwa tuntutan tersebut justru membuat kami berdua semakin tangguh dan kuat. J
            Aku mencoba flash back semua proses IYD ini (baik bersama teman-teman se KAS dan bersama Yani), dari pra IYD 1 sampai dengan pra IYD 3 dan aku mencoba mengingat-ingat motivasiku mengikuti kegiatan ini. Selama proses pra IYD, ada hal-hal yang membuat kami capek dan males, tapi lebih banyakkk lagi hal-hal yang menyenangkan, membuat kami semakin tangguh, dan membuat kami semakin kaya akan pengalaman. Motivasiku? Yaa,.bisa dibilang motivasi ku membuatku tidak layak mengikuti ini. Apa sih motivasi awalku? Maen-maen. Yap, Borneo, belum pernah aku menginjakan kaki disana. Alasan itulah yang menjadi motivasi awalku. Tapi seiring berjalannya waktu, ada motivasi yang lain. Mencari pengalaman; penglaman iman, pengalaman hidup. Kini,  entah pantas atau tidak pantas, besok adalah hari keberangkatan mengikuti IYD di Borneo. Dalam doaku aku selalu memohon agar aku pantas mengikuti kegiatan ini. Yaa, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku memang pantas mengikuti kegiatan ini. Hahahaa.....

Indonesian Youth Day...
            Yeiii......selamat pagi Salam! Pagi ini, kami akan berangkat IYD di Borneo. J
            Masih saja ada sedikit keraguan; pantaskah aku, Tuhan? Dan pertanyaan itu selalu aku jawab sendiri “Pantaskan aku, Tuhan!” Apakah aku terlalu memaksakan Tuhan? Tidak...
Kami berangkat dari Youth Spirituality Centre Salam menuju ke Bandara Adi Sucipto pukul 07.00 WIB. Pesawat yang akan kami gunakan berangkat pukul 09.00 WIB. Kebersamaan yang sangat menyenangkan. Hahaa.... .
            Yeiiii Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Akhirnya, kami, Kontingen KAS sampai di Kalimantan. Di bandara kami disambut oleh 2 orang yang menggunakan pakaian khas Kalimantan dan membawa papan bertuliskan “Keuskupan Agung Semarang”. Setelah puas berfoto ria bersama dua orang tersebut, kami mengambil tas kami dan menuju ke bus yang telah disediakn oleh panita. Di luar Bandara, kami juga disambut oleh orang-orang Kalimantan. Sungguh, penyambutan yang hebat dan luar biasa.
            Kami masuk ke bus yang telah disiapkan panitia menuju ke Sekretariat IYD yang terletak tidak jauh dari bandara. Di sana, kami disambut oleh panita. Kami juga mendapatkan call card, rosario, dan makan siang. Setelah itu kami menuju ke rumah betang. Rumah betang adalah rumah adat Dayak. Setelah puas berfoto-foto kami istirahat dan ada beberapa games. Kami akan berangkat ke Sanggau (tempat kami live in) pada pukul 18.30 WIB, jadi kami mempunyai waktu bebas sekitar 3 jam.
            Aku dan beberapa temanku jalan, jalan, jalan, dan jalan sampai akhirnya secara tidak sengaja kami menemukan Mall. Masuklah kami ke sana. Jauh-jauh sampai Pontianak hanya ke Mall? Sebenarnya bukan itu juga maksud kami, tapi kami hanya menggunakan waktu bebas kami. Beberapa saat setelah kami berada di Mall, kami mendapat kabar bahwa kami harus segera kembali ke rumah betang, karena akan berangkat ke Tugu Katulistiwa. Pada waktu itu kami ber 16, dan kami terpisah-pisah. Kami saling menunggu, dan pada waktu kami akan kembali ke rumah betang, turunlah hujan dengan sangat derasnya. Sedangkan teman-teman yang berada di rumah betang sudah menunggu kami. Jujur, kami benar-benar merasa tidak enak dengan teman-teman  yang lain. Maaf, maaf, dan maaf, teman-teman...
Live in...
            Kami mendapat tempat live in di Keuskupan Sintang, dan aku live in di Paroki St. Theresia Nobal. Sesampainya di Paroki Nobal, kami disambut dengan adat di sana dengan tari-tarian. Penyambutan yang luar biasa juga ini. Setelah itu kami diajak masuk ke rumah Betang yang berada di dekat Gereja. Di sana ada perkenalan singkat, dan pembagian tempat live ini. Aku mendapat tempat live ini di stasti St.Yohanes Pemandi Baya Betung. Ada 12 orang yang live in di stasi Baya Betung, yaitu Mas Danil, Mbak Laura, Romo Yustinus Prabowo O.Carm. (Keuskupan Agung Jakarta), Mbak Ratna, Theo, Kevin, Vania (Keuskupan Bogor), Gorby, Mas Galih, Rico, Mbak Inge, dan aku (Keuskupan Agung Semarang). Jarak dari paroki Nobal ke stasi lumayan jauh dan jalan yang kami lewati sungguh luar biasa. Hal pertama yang membuat kami malu adalah antusiasme warga di sana untuk mengikuti perayaan Ekaristi masih tinggi, walaupun jarak tempuhnya jauh dan jalannya tidak rata tapi mereka masih mau mengikuti perayaan Ekaristi. Sedangkan aku?? Ehemm......
            Sesampainya di Baya Betung, kami juga disambut oleh beberapa warga yang menjadi orangtua asuh kami, setelah itu kami diajak pulang oleh orang tua asuh kami masing-masing. Aku tinggal di rumah keluarga Ibu Silawati dan Pak Semail. Keluarga ini termasuk keluarga yang mampu. Disana, bisa dibilang tempat live in yang nyaman. Semuanya diluar bayanganku. Awalnya aku pikir aku akan mendapat tempat live in di daerah pelosok, masih banyak suku pedalaman, mandi di sungai, dan tinggal di rumah betang, tapi ternyata tidak. Rumah yang aku tinggali sudah termasuk rumah moderen. Ada kamar mandi yang tertutup juga dan aku tidur satu kamar dengan dek Tiwi;anak tunggal dari Ibu Sila.
            Setelah aku selesai mandi, ternyata sudah ada beberapa teman dek Tiwi datang ke rumah. Segera saja aku bergabung bersama mereka. Dan diluar dugaanku juga, mereka semua sangat ramah dan welcome padaku. Setelah itu aku diajak pergi ke nikahan di sebelah rumah Ibu Sila, dan...warga disana sangat-sangat ramah sekali, terutama anak-anak kecilnya.
            Malam harinya, ada doa rosario. Kami semua yang live in di Baya Betung datang dan memperkenalkan diri, tapi karena malam itu juga ada acara di tempat nikahan, jadi setelah perkenalan kami langsung diajak ke acara nikahan tersebut. Awalnya kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tapi orang tua asuh kami langsung mengajak kami makan, duduk-duduk sebentar dan pulang. Bu Sila, Pak Semail, dan dek Tiwi juga memberi tahuku tentang adat dan kebiasaan-kebiasaan saat ada pesta pernikahan. Setelah itu aku diajak pulang oleh Bu Sila. Beliau merasa kasihan pada ku karena sejak tadi belum istirahat. Sedangkan dek Tiwi masih ingin disana dan minta aku menemaninya. Tapi akhirnya aku tetap diajak pulang supaya bisa istirahat, sedangkan Pak Semail menemani dek Tiwi di tempat nikahan.
            Kira-kira jam 11 malam, dek Tiwi dan Pak Semail pulang karena hujan deras. Sebenarnya aku sudah sangat ngantuk, tapi Pak Semail tiba-tiba membuatkan ku segelas kopi. Dengan senang hati aku meminumnya sambil ngobrol-ngobrol dengan bapak dan ibu. Beliau benyak bercerita tentang adat dan kebiasaan di Baya Betung, tentang kebun sawit dan kebun karetnya. Setelah itu, aku dan dek Tiwi tidur. Di kamar pun dek Tiwi juga bercerita banyak tentang sekolahnya, tentang teman-temannya dan tentang sejarah dari Sintang.
            Hari ini, sungguh luar biasa dan sungguh diluar dugaanku. Segala penyambutan dan keramah tamahan mereka sangat luar biasa. Sebelumnya, aku sering mendengar nasehat atau kata-kata kalau kita harus berhati-hati di Kalimantan, kita harus berhati-hati dengan orang Dayak, pikir-pikir kalau diberi makanan atau minuman oleh mereka. Tapi kenyataannnya? I am fine! Mereka, sangat-sangat baik dan ramah sekali. Berhati-hati, ya mungkin dimanapun kita berada kita memang harus selalu berhati-hati. Kalau kita berniat baik dan tidak membuat masalah duluan pasti kita juga tidak akan mendapat masalah. Hari esok, aku yakin akan lebih baik dan lebih menyenangkan.
            Minggu pagi...
            Hari ini ada perayaan Ekaristi di Stasi Nobal. Jam 6 pagi masih hujan deres banget, tapi aku sudah bangun. Jujur, kalau di rumah, pagi-pagi, hujan, pasti aku malas bangun dan malas ke Gereja. Tapi sekarang aku harus ikut ke Gereja. Hahaaa.....
            Sekitar jam 8.30, kami berangkat ke stasi. Awalnya perayaan Ekaristi akan dimulai pada pukul 09.00, tetapi akhirnya dimulai pada pukul 10.00 WIB karena pada pukul 09.00 banyak umat yang belum datang. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Yustinus O.Carm. Umat di Stasi Baya Betung lumayan banyak, dan antusiasme untuk mengikuti Ekaristi juga tinggi. Banyak warga yang duduk di luar. Anak-anak kecil di suruh duduk di bawah, tanpa tikar dan tanpa didampingi orang tua mereka, tetapi mereka tetap bisa mengikuti Ekaristi tanpa ramai sendiri. Sedangkan di daerahku?? Ada banyak tempat duduk di dalam Gereja, tetapi anak-anak kecil biasanya justru di luar Gereja, mereka lari-larian dan ramai sendiri. Kalaupun duduk di dalam, sebentar-sebentar pasti mereka ke luar atau jalan-jalan. Di Stasi Baya Betung, sebelum perayaan Ekaristi selesai semua umat masih di dalam Gereja, mereka mengikuti perayaan Ekaristi dari awal sampai benar-benar selesai. Di tempatku? Ada beberapa orang yang langsung pergi atau langsung pulang setelah menerima komuni. Mungkin Baya Betung memang daerah pelosok, tapi Iman mereka lebih kuat dan lebih luar biasa dari pada daerahku.
            Setelah selesai perayaan Ekaristi ada ramah tamah dengan umat Baya Betung, kami memperkenalkan diri lagi. Ada 3 teman kami dari Keuskupan Bogor (Theo, Kevin, Vania) yang baru datang Minggu pagi ini. Penyambutan dan acara ini juga sangat luar biasa bagi kami. Kami ber 12 orang dan beberapa tetua Baya Betung disuruh duduk di depan dan berhadapan dengan warga Baya Betung, bahkan ibu-ibu WK justru duduk di bawah. Dalam ramah tamah ini beberapa dari kami sharing tentang OMK, tentang keadaan dan kondisi Gereja tempat kami, dan tentang kesan-kesan live in di Baya Betung.
            Sekitar pukul 13.00 WIB acara ramah tamah selesai, dan kami pulang ke rumah kami masing-masing. Di rumah, aku langsung diajak makan bersama keluarga Ibu Sila. Di sana, mereka selalu makan bersama, dan selalu ada doa sebelum dan sesudah makan secara bersama-sama. Awalnya aku merasa kikuk dan canggung, apalagi ketika aku selalu disuruh memimpin doa sebelum dan sesudah makan. Padahal di rumah?? Makan bersama pun jarang, apalagi memimpin doa makan secara bersama-sama. Sebenarnya hari Minggu ini aku pengen ke sawit dan kebun karet milik Keluarga Ibu Sila. Aku pengen belajar noreh karet, tetapi Bapak dan Ibu bilang kalau hari Minggu itu tidak ada yang noreh, hari Minggu tidak ada yang bekerja karena hari Minggu itu khusus untuk sembahyang. Jlebb....waw...hebat sekali bukan? Aku jadi malu pada diriku sendiri! Setelah selesai makan siang, aku menemani dan sedikit membantu dek Tiwi dan Sisna (saudaranya Tiwi) belajar.
            Malam harinya ada doa rosario di dua tempat. Rosario yang pertama Ibu Sila, Pak Semail, dek Tiwi, dek Sisna, dan aku datang terlambat. Di dalam dan di teras rumah sudah dipenuhi warga. Banyak sekali warga yang mengikuti doa rosario, bahkan sampai ada beberapa yang berdiri, termasuk aku, Daniel, Theo, dan Pak Semail. Di sana, setelah doa rosario masih ada pembacaan Sabda Tuhan, dan setelah itu ada semacam khotbah. Hal yang masih membuatku kagum adalah tetap saja mereka mengikuti doa rosario yang lumayan lama ini dengan antusias, banyak juga anak-anak kecil dan remaja yang mengikuti sampai selesai. Di desa ku, jarang ada anak-anak kecil dan remaja yang ikut doa rosario, aku sendiripun juga jarang ikut, padahal rosario di desaku lebih sebentar daripada rosario di sini. Setelah selesai doa rosario, kami disuruh makan. Sebenarnya sebelum berangkat rosario, aku sudah makan, tetapi kami tidak boleh menolak pemberian orang. Setelah selesai makan, kami semua pindah tempat untuk doa rosario lagi. Doa rosario yang kedua di rumah Pak Rian. Hampir semua yang ikut rosario yang pertama juga ikut rosario yang kedua. Sungguh hebat dan luar biasa sekali ini. Dalam semalam rosario dua kali, dan jumlah umat tetap sama.Waaaww.......sungguh luar biasa. Rosario yang kedua ini sekaligus waktu bagi kami untuk berpamitan pada warga Baya Betung. Terimakasih untuk segala kebaikan, proses, dan kesempatan yang sudah kami terima sejak awal sampai malam ini, bahkan masih sampai besok pagi. Terimakasih untuk penyambutan yang luar biasa bagi kami. Maaf, maaf untuk segala kesalahan yang telah kami perbuat.
            Paginya, kami pamitan untuk pulang. Bapak dan Ibu asuhku sampai tidak berangkat kerja hanya demi ingin akan mengantarkanku, sungguh hebat sekali. Perpisahan dan pamitan dari Stasi Baya Betung juga menggunakan adat di sana. Rasa-rasanya live in ini kurang lama. Tapi semua memang ada waktunya, dan kini waktu bagi kami untuk kembali melanjutkan aktivitas kami dalam IYD.
            Kami diantar menuju ke Gereja Keuskupan Sintang. Sorenya diadakan misa penutupan live in di Gereja Keuskupan Sintang yang dihadiri oleh peserta IYD dari Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, dan Keuskupan Sintang. Setelah misa ada malam keakraban. Setiap keuskupan menampilkan perform masing-masing. Pastilah setiap keuskupan menampilkan perform yang berbeda-beda, tapi semuanya itu mempunyai makna dan arti yang dalam.
Sanggau...
            Pagi harinya kami berangkat ke Sanggau. Acara pertama sesampainya di Sanggau adalah pawai dari halaman kantor Bupati Sanggau sampai ke megatend. Semua peserta IYD menggunakan pakain adat dari daerah masing-masing. Walaupun ditengah rintik-rintik hujan, tapi kami semua sangat bersemangat mengikuti pawai ini. Sepanjang jalan menuju megatend, banyak sekali orang yang melihat kami;para peserta IYD;, serasa sangat-sangat disambut oleh warga di sana. Setelah sampai di megatend, ada misa pembukaan IYD. Jujur, aku sangat-sangat ngantukk saat itu, tapi kenapa masih banyak teman-teman yang lain tampak sangat serius dan khusyuk mengikuti misa ini?? Saluttt....Acara selanjutnya adalah makan malam, lalu malam keakraban. Malam keakraban ini semacam perkenalan dan iyel-iyel dari setiap keuskupan.
            Selama di Sanggau, setiap pagi ada Perayaan Ekaristi. Pagi ini aku juga mengikuti Perayaan Ekaristi, tapi aku setelah doa umat aku baru datang. Mungkin memang tak pantas, tapi yang penting niat. Hahaa.... Setelah Perayaan Ekaristi, ada upacara pembukaan IYD. Siangnya dilanjutkan dengan workshop. Ada 8 tema dalam workshop ini, yaitu Makna Penting Dialog Antar Agama dan Kepercayaan di Indonesia, Mau Menikah atau Selibat, Merancang Liturgi OMK, OMK: Selamatkan Perkawinanmu sebelum dimulai!, OMK Pembawa Harapan Perdamaian dan Keadilan di Indonesia, Bagaimana Imanku di Era Digital, Menjadi Pendamping Adik Remaja, dan Ketahanan Pangan Kita. Aku mendapat tema tentang OMK Pembawa Harapan Perdamaian dan Keadilan di Indonesia. Dalam workshop tentang keadilan ini, kami para OMK diajak untuk menyadari tentang ketidakadilan. Ketidakadilan ada dimana-mana dan dekat dengan kita. Ketidakadilan tidak hanya terjadi di pengadilan, tapi juga dalam keseharian kita (lingkungan hidup, sosial, ekonomi, budaya, bahkan dalam kehidupan menggereja). Seringkali kita hanya merasa bahwa kita adalah korban dari ketidakadilan, tanpa kita sadari seringkali kita juga menjadi pelaku dari ketidakadilan tersebut. Dalam workshop tersebut, kami para OMK diharapkan meneladan Yesus sebagai tokoh yang melawan ketidakadilan, dan membangun budaya damai di negeri ini. Kami juga dibagi dalam kelompok, dan tiap kelompok mensharingkan tentang pengalaman dari “ketidakadilan”. Tetapi cuaca saat itu kurang mendukung, hujan turun dengan derasnya, sehingga acara sharing kami kurang efektif. Terkadang kami tidak mendengar apa yang teman-teman kami sharingkan.
            Malamnya ada sesi pleno bersama Mgr.John Philip, tapi sayang sekali, aku tidak ikut acara ini, karena aku justru tertidur di penginapan. Zzz.....Menyesal dan merasa bodoh sekali melewatkan sesi ini. Setelah sesi tersebut ada doa Taize, Adorasi, dan kemudian dilanjutkan dengan Sakramen Tobat. Kali ini aku ikut ketiga acara tersebut, tapi Sakramen Tobat? Aku merasa tidak siap dan malu untuk pengakuan dosa. Entah sudah berapa lama aku tidak melakukan pengakuan dosa. Tapi akhirnya aku ikut pengakuan dosa, malu memang, tapi kalau ditunda-tunda terus, lalu kapan aku akan melakukan pengakuan dosa?
            Pagi harinya aku tidak ikut Perayaan Ekaristi, karena aku bangun kesiangan. Setelah perayaan Ekaristi ada sesi bersama Mgr Martinus dan juga Mrg. Agustinus Agus. Malam harinya adalah acara pentas budaya, dan tampilan dari KAS sungguh hebat. Hahhaa...proficiat buat teman-teman semua.
            Jumat 26 Oktober 2012, hari terakhir di Sanggau dan hari terakhir IYD. Kali ini aku mencoba mengikuti Perayaan Ekaristi penutupan IYD. Prosesi Ekaristi penutupan ini juga dilaksanakan dengan meriah, pada saat perayaan Ekaristi ini juga ada berkat indulgensi dan pernyataan bersama. Entah sebenarnya pantas atau tidak aku menerima berkat indulgensi ini, semoga pantas. Setelah misa, aku dan teman-teman yang live in di Baya Betung menemui bang Boby, Bu Maria, dan bang Andre. Beliau jauh-jauh datang dari Baya Betung pukul 04.00 wib untuk menemui kami, sebelukm kami kembali ke Jawa. Waww...so sweet skali... Acara sejak selesai misa penutupan sampai Sabtu pagi adalah acara bebas. Bang Boby mengajak kami untuk pergi ke air terjun, tapi aku gak bisa ikut karena aku dan Yani dijemput saudara kami. Awalnya aku berencana tidak ingin ikut saudaraku pulang, tapi akhirnya aku luluh dengan saudaraku yang sudah jauh-jauh menjemputku.
            Sabtu pagi, waktunya kembali ke Jawa. Yani dan aku berangkat dari rumah Ibuknya Yani. Sempat beberapa kali kami berdua ditelepon karena kami belum sampai di bandara, sebenarnya merasa tidak enak juga, tapi akhirnya kami sampai bandara sebelum check in. Terimakasih teman-teman semua! Terimakasih Borneo! Terimakasih IYD! Terimakasih untuk segala proses dan kesempatan yang sudah boleh kami terima. Proficiat untuk semua panitia IYD ini, sungguh acara yang hebat dan luar biasa. 

                                                                                                                        Lucia Astri N
                                                                                                                               Klepu



Tidak ada komentar: