SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Rabu, 28 April 2021

Semangat, Mbak!

 Pandemi yang tak kunjung usai ini membuat kita semua harus tetap tinggal di rumah, jaga jarak dan selalu menjaga kebersihan. Satu tahun lebih juga, aku tidak berani pulang ke kampung halamanku di Jogja. Aku mempunyai balita dan di rumah, bapak ibu serta simbah-simbah tetangga sudah tua. Jadi aku tidak berani mengambil resiko. 

Begitu pula dengan Mas dan Mbak ku. Mereka semua juga belum berani pulang. Terlebih Mbak ku, sekarang dia tinggal di Kalimantan. Dia mempunyai 2 anak, anak pertama berumur sekitar 3 tahun, anak yang kedua masih 4 bulan. Kalau pulang harus menggunakan pesawat dan mungkin akan bertemu banyak orang di Bandara. 

Sekitar awal bulan April ini, kabar mengejutkan datang dari Mbakku. Dia dan suaminya positif covid. Kedua anaknya juga demam. Tidak ada keluarga yang tinggal di kota itu. Puji Tuhan, ada beberapa teman yang membantu untuk logistik dan obat-obatan. 

Sekitar dua minggu kemudia, mereka swab lagi dan puji Tuhan! Hasilnya negatif! Setelah itu, suami dari Mbakku dipindahtugaskan. Yang awalnya di Provinsi, harus pindah ke kabupaten yang jarak tempuhnya sekitar 6 jam dari Provinsi. Yaampun, aku tidak bisa membayangkan, mereka baru saja sembuh dan harus pindah ke tempat yang baru, beradaptasi lagi dan membawa dua balita. 

Sekitar 4 hari pindah di tempat yang baru, Mbakku memberi kabar, kalau anak nya yang pertama sakit. Tangannya sekarang diperban  dan digendong. 

Setiap aku menyapa mereka lewat video call, hanya kata "Semangat ya Mba. Hati-hati ya Mba"' yang bisa terucap. ''Aku ngga apa-apa'' kata Mba ku sambil tertawa. 

Dia, dalam kondisi apapun, selalu menjawab video call ku dengan tertawa. Semangat ya, Mba!

Ibu Thres, Penolongku di Perantauan

Sanggau, aku datang (lagi)!

Setelah lulus kuliah, aku mendapat kesempatan mengajar di SMP Yos Sudarso Parindu, Sanggau. Tawaran itu langsung aku "iya'' kan. Aku sebagai anak bungsu, tidak terlalu memikirkan banyak hal untuk memutuskan pergi ke Parindu, Sanggau.

Di suatu pagi di hari Sabtu, aku berangkat menggunakan pesawat. Aku berangkat bersama seorang Pak Guru dari sekolah yang sama. Apakah aku mengenalnya? Tentu tidak. Dan tentu saja kedua orang tuaku sangat khawatir. Lalu Ayahku meminta kakaknya (Pakdhe) ku untuk menjemputku di Bandara Supadio dan mengantarkanku sampai SMP Yos Sudarso Parindu. 

Jarak antara Bandara Supadio dan SMP Yos Sudarso sangat jauh, sekitar 7 jam. Jadi aku menginap di rumah Budhe (kakak dari Ayahku) lalu menginap di tempat Pakdhe dan hari Senin pagi, sekitar jam 4 pagi, aku diantar menuju SMP Yos Sudrso Parindu. 

Aku pernah ke Sanggau sebelumnya, tapi sama sekali belum pernah ke Parindu. Pakdhe ku mengantarku bagaikan seorang Ayah mengantar anaknya untuk ke sekolah. Aku diantar benar-benar sampai ruang kepala sekolah, sampai bertemu dengan Kepala Sekolah dan kemudian menitipkanku. Jujur, saat itu aku tidak tau harus tinggal dimana. Pak Guru yang berangkat dari Jogja bersamaku, menawariku untuk tinggal di rumahnya. Aku ''iya'' kan tawarannya, karena aku tidak tau harus tinggal dimana. 

Tiba-tiba ada seorang Ibu Guru, "Biar Bu Astri tinggal ditempat saya saja. Tinggal ditempat saya saja, Bu. Saya punya kos, banyak anak-anak sini yang kos ditempat saya." kata Ibu Guru itu tiba-tiba. Yaa, itu adalah Ibu Thres. Sorenya aku memindahkan barang-barangku ke rumah Ibu Thres. 

Benar juga, Ibu Thres. Dengan tinggal di kos Ibu Thres, aku menjadi dekat dengan anak-anak SMP tersebut. Bagiku yang seoarang pendatang, sendirian, tidak ada saudara di dekat situ (jarak rumah Pakdhe dan SMP Yos Sudarso adalah 105 km), dan baru saja lulus kuliah, mendapatkan banyak teman baru adalah hal yang membahagiakan. 

Ibu Thres

Ibu Theresia namanya, tapi kami memanggilnya ''Ibu Thres''. Beliau berasal dari Jawa Timur. Suaminya asli orang Dayak. Ibu Thres sering menceritakan tentang zaman dulu. Bagaimana dia dan keluarganya bertahan saat ada perang antara Dayak dan Madura, bagaimana dulu SMP Yos Sudarso dan tentang dareah sekitar situ. 

Bu Thres orang yang baik, tegas dan kreatif. Anak-anak takut pada beliau tapi anak-anak juga dekat dengan beliau. Ibu Thres sangat perhatian kepada kami semua. Aku yang tiba-tiba datang, sudah dianggap seperti anak sendiri. Saat aku pinjam motor beliau dan aku jatuh, motornya jadi rusak, beliau sama sekali tidak memarahiku. Beliau sering minta tolong aku pergi ke atm dan mengambil sejumlah uang. Beliau sama sekali tidak khawatir atau curiga kepadaku. 

Ibu Thres juga bisa menjahit dan membuat baju khas Dayak yang penuh dengan payet. Pernah beberapa kali aku mencoba untuk memasang payet-payet dan manik-manik itu, tapi yang ada, gambar motif Dayaknya malah tidak beraturan. Baju-baju khas Dayak tersebut sering dipinjam anak-anak SMP kalau ada pentas. Ada juga orang yang memesan untuk dibuatkan baju khas Dayak. 

Ibu Thres mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan Kesenian. Di pelajaran Kesenian tersebut Ibu Thres mengajar anak-anak untuk membuat baju-baju khas Dayak. "Biar anak-anak bisa, paling tidak memasang payet dan manik-manik.'' kata Ibu Thres. Ibu Thres juga menjual manik-manik dengan harga yang murah kepada anak-anak. 

Bagiku, Bu Thres benar-beanr penolongku di perantauan. Beliau juga penolong anak-anak yang berasal dari daerah untuk bisa tetap belajar di SMP Yos tersebut. 



Selasa, 27 April 2021

Belanja Grosir Online Tanpa Minimum Order? Langsung cek Tokodistributor aja.




Hai, sudah pernah dengar tentang tokodistributor belum? Pasti sudah kan ya? Jadi Tokodistributor adalah marketplace yang bisa dibilang cukup baru. Disini kalian bisa berbelanja dengan sangat mudah melalu online. Tapi walaupun baru, tokodistributor sudah sangat siap untuk bersaing dengan marketplace yang lain lho. Kenapa? Karena di Tokodistributor ini kalian bisa belanja grosir online tanpa minumun order lho! Wow!

Saat pandemi tidak juga berakhir, perlu banget dong untuk kita tetap menjaga semua protokol kesehatan. Termasuk untuk mencari bahan makanan dan keperluan sehari-hari, kita dianjurkan untuk tidak  ke luar rumah dan tidak berkontak dengan banyak orang. Salah satu solusinya adalah berbelanja melalui marketplace. Sekarang sudah banyak marketplace yang tersedia.

Nah kalau kita berbelanja untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi yang tidak kunjung berakhir ini,  lebih baik kita berbelanja secara grosir. Kita sekalian berbelanja banyak macam/banyak hal untuk berjaga-jaga. Kadang kalau kita berbelanja secara grosir, ada minimum ordernya. Atau ada juga nih yang bisa berbelanja grosir tapi harga jadi lebih mahal. Kan bikin galau yaaa… Aku sih maunya belanja grosir, tanpa minium order dan harga juga terjangkau. Hehee... 

Di tokodistributor ini, kita bisa berbelanja grosir online tanpa minimum order lho. Kita berbelanja dari tangan pertama lho. Jadi, untuk harga pastinya lebih terjangkau ya, karena kita belanja langsung dari tangan pertama. Wah asyik banget kan.

Nah, selain bisa belanja grosir online tanpa minimum order, ada juga nih pilihan dropship  bagi para reseller yang ingin mencoba berjualan tanpa modal. 

Yuk langsung saja cek ke https://www.tokodistributor.com/ atau bisa juga download aplikasinya di HP kalian. 

Jadi, sudah cek tokodistributor belum? Yuk segera cek ke toko distributor, dan nikmati belanja grosir online tanpa minum order! Eh iya ada voucer belanja juga lhooo!! Langsung cek ya! 

 




Sabtu, 24 April 2021

Gua Maria Kaliori

 



Gua Maria Kaliori terletak di Kaliori, Banyumas di Keuskupan Purwokerto. 

Dulu, pertama kali ke Gua Maria ini saat masih kecil. Saat ada ziarah linkungan. Sudah lama sekaliii! 

Lalu yang kedua sekitar tahun 2011, saat perpisahan dengan anak-anak kelas 6 SD Kanisius Klepu. Saat itu tujuan wisata kami adalah ke Gua Maria Kaliori dan ke Owabong. Aku berangkat dari rumah sekitatr pukul 5, dan kami semua berangkat dari sekolah sekitar pukul 6. 

Dan, yang terlintas dipikiranku saat itu adalah, "gembel ki, ngendi sih iki, ra tekan-tekan! Adoh banget sihhh, yaampunnn!" Itu adalah yang aku rasakan saat berangkat dan pulang. 

Dannn sekarang! Aku nikah sama orang Purwokerto dong! Hahaha! 

Everyone Can Write

 



Hari Jumat, 23 April 2021 ada workshop menulis bersama dengan Ibu Capri via zoom. 

Menurutku workshop ini paling gampang (gampang?!hilih), santai dan menyenangkan dibandingkan workshop2 yang sebelum2nya. 

Workshop kali ini bertema "Everyone Can Write". Iya sih, setuju banget dengan ini. Everyone can write sih, tapi tergantung kemauan dan niat. 

Aku sih pengen ya, nulis ini, nulis itu, bikin cerita ini, cerita itu. Banyak sekali yang ada di pikiran dan angan2ku. Terus kalau mau nulis, "Nanti aja lah. Bobok dulu lah. Bikin ini dulu lah. Nyuci dulu lah" Ehhh ngga jadi deh. Haha! Ya itu kuncinya, "Mau dan Niat"

Jadi workshop kemarin Jumat itu dibuka oleh Ms Inge, dengan game tentang padanan kata. Misalnya selfi, browsing, dsb. Aku bisa ngga? Yaa tentu! Ngga bisa! 

Lalu setelah game selesai, langsung diisi oleh Bu Capri. Intinya sama ya. "Everyone Can Write." Menurutku Bu Capri lebih memberi semangat dan peneguhan untuk kami semua agar mau untuk menulis. Ada 3 kali latihan menulis juga kemarin, semuanya menggunakan padlet. 

Untung aku pakai komputer sekolah ya, jadi lancar untuk buka-buka padletnya, coba pakai laptop sendiri, hari Sabtu baru selesai kali. Hehe. 

Jadi latihan menulis yang pertama, Bu Capri meminta kami memikirkan nama satu orang, kata kerja dan kata sifat. Lalu Bu Capri memberi kami waktu sekitar 3 menit untuk menulisnya. 

Latihan menulis yang kedua adalah, Bu Capri meminta kami melihat benda di depan kami dan menuliskan tentang benda tersebut. Beliau memberi kami waktu sekitar 3 menit juga. Sambil menulis, Bu Inge memutarkan musik untuk kami. Bagi sebagian orang, akan sulit bekerja sambil mendengarkan musik, termasuk aku. Tapi gak papa sih, tulisanku juga selesai*seadanya!Haha!

Latihan menulis yang ketiga adalah, refleksi tentang workshop kali ini. Untuk refleksi ini Bu Capri memberi kami waktu 5 menit untuk menulisnya. 

Overall, workshopnya menyenangkan. Tapi sayang sampai sore sekali, belum selesai workshop aku udah beres-beres untuk pulang, karena kepikiran Mbak yang menjaga Deo keburu mau pulang untuk menyiapkan buka puasa. 

Oh iya, kenmarin juga ada sharing dari Pak David dan Mr G juga. Beliau berdua sharing tentang pengalaman menulis buku-buku mereka. Wow keren sekali mereka. 

Dan satu lagi, aku setuju dengan kata-kata Pak David, yang sudah aku dengar sebelumnya (entah dari siapa), "Dengan menulis, kita akan tetap hidup walaupun kita sudah mati".

Terimakasih Bu CApri, Ms Inge, Pak David, dan Mr G!




Sisterhood



 sisterhood: kb. persaudaraan/perserikatan wanita. the bonds of s. ikatan persaudaraan wanita.

Itu adalah arti dari sisterhood menurut kbbi online. 

Menurutku, gampangnya adalah persaudaraan wanita, antara aku dan Mbak ku. 

Aku rasa, aku ngga akan pernah tau apa arti dari sisterhood sampai aku benar-benar mengalaminya. Dulu waktu Bulek Yayah (adik dari Ibuk) sakit agak parah dan harus dioperasi, Ibuk ku sangat amat sedih. Dan memaksakan diri harus menjenguk Bulek di Jambi. HARUS! Aku khawatir juga dengan keadaan Bulek, tapi khawatirku tidak seberapa dengan khawatirnya Ibuk. Aku yang saat itu masih lontang lantung ngga jelas langsung bilang ke Ibuk, "Aku temani Buk! Aku belikan tiket (tapi pakai uang Ibuk)!" Jelas dong motifku apa? Pengen jalan-jalan sampai Jambi dong ya! Heheehe....

Sampai sana? Aku langsung istirahat dong ya, apalagi aku malah diare karena salah beli jajanan saat transit di Batam. Ibuk? Ibuk langsung menemani dan ngobrol dengan Bulek,  lamaa banget, rasa2nya Ibuk ngga capek, perjalanan dari Minggir - Bandara Jogja - Batam - Jambi. 

*** 

Hari Senin setelah Paskah kemarin (4 April), Mba Nana WA aku, seperti biasa, tanya kabar dsb, lalu tanya waktu Deo panas dikasih apa. Aku jawab tentang kabar dan tentang Deo. Ku katakan Deo kubawa ke RS. Lalu aku mulai bertanya kabar Mba Nana. Kabar menyedihkan di hari Senin saat aku piket zoom, "Aku panas, nanti kami mau swab".  Degg....aku langsung ngga konsen dengan kerjaanku. 

Ngga lama kemudian, Mba Nana WA lagi, "Kami positif". Positif covid. 

Yaampun Tuhan! Jujur, itu berita yang amat sangat menyedihkan sekali! Mba Nana dan Mas Hadil pindah Banjarmasin sekitar 2 tahun ini, mereka tidak ada saudara, punya dua balita dan sekarang Mba Nana dan Mas Hadil positif covid. Aku sedih, khawatir dan bingung. 

"Semangat untuk Nana dan Hadil yang positif" tiba-tiba WA dari MAs Andri masuk ke WA Grup Keluarga. Aku langsung WA ke MAs Andri, aku bilang dan tanya, nanti kalau Bapak tau gimana? Bapak pasti kaget, khawatir dan sedih. Kayaknya mending dihapus saja deh mas. Ngga lama kemudian Mas Andri menghapus pesan di WA tsb. 

Ya iyalah, pasti seorang Bapak khawatir, kaget dan sedih mendengar anaknya positif. KEnapa Bapak tidak boleh diberi tahu? Karena Bapak sakit jantung, bapak dalam sedang pengobatan dan sedang menunggu antrian untuk operasi jantung. Kami khawatir klo bapak tahu, kondisi bapak semakin drop. 

Aku hanya bisa menyemangati Mbak dan tetap WA  dan VC, menanyakan gimana dengan anak2, udah makan belum, punya makanan ngga dsb. Dan aku menangis! RAsa-rasanya ini kali kedua aku menangis karena Mbak. Menangis karena sedih. (Kalau dulu jaman kecil sih sering banget! Entah aku ditakut2i, atau berkelahi dengan Mbak). 

Sisterhood...

Kamu ngga akan pernah mengerti arti yang sesungguhnya, sampai kamu benar-benar merasa sedih atau terluka dengan keadaannya.