SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Minggu, 12 Desember 2021

Sepeda Dhani

   

    BRAKK! Dhani membanting sepeda yang selama ini dia pakai untuk pergi ke sekolah. Baju seragam putih nya basah oleh keringat. 

    "Kamu kenapa, Dhani?" tanya Ibu dari dalam rumah. 
    "Dhani capek!" jawab Dhani sambil membanting tas lalu mencopot sepatu. 

    "Iya, tapi ngga dibanting-banting gitu dong! Itu sepedanya rusak kalau kamu ambrukin kayak gitu." kata Ibu sambil melihat sepeda yang masih dalam keadaan ambruk. 

    "Bu, aku ngga mau ke sekolah naik sepeda itu lagi. Beliin sepeda baru bu, yang kayak punya teman-teman." kata Dhani. 

    "Kenapa sih, kok tiba-tiba minta sepeda baru? Kemarin-kemarin kamu pakai sepeda kakek itu juga ngga apa-apa". 

    "Tadi aku diejek dan diketawain sama teman bu. Katanya sepedanya Dhani aneh sekali, kayak sepeda simbah-simbah. Warnanya kusam, nggak kayak punya teman-teman yang lain. Lalu teman-teman langsung ngelihat Dhani, terus mereka ngetawain Dhani." jawab Dhani, tak terasa air mata sudah memenuhi kelopak matanya. 

    "Kamu ganti baju, cuci kaki dan tangan, lalu makan ya. Ibu tunggu di meja makan", kata Ibu sambil membelai rambut Dhani. 
    "Habis itu beli sepeda ya, Bu!" kata Dhani. Ibu hanya tersenyum. 

***

    Dhani mengambil nasi. lauk dan sayur. Bersiap untuk makan siang. Ibu menemani di meja makan. 

    "Dhani, kamu tahu kan sepeda yang kamu pakai itu punya siapa?" tanya Ibu. 

    "Punya kakek kan!" jawab Dhani. 

    "Iya, itu sepeda kakek. Sepeda kakek itu bersejarah lho, dulu kakek sama nenek sering naik sepeda itu untuk ke pasar, berjualan baju. Dan sekarang, sepeda itu masih bisa kamu pakai, itu tandanya sepeda itu awet dan kuat lho!" kata Ibu. 
    "Hah..bersejarah karena dulu dipakai untuk pergi ke pasar gitu bu?" tanya Dhani. 

    "Iya! Selain itu, kamu tahu nggak kalau kakek kita itu salah satu pahlawan Indonesia lho! Kakek ikut berjuang melawan penjajahan Belanda." kata Ibu antusias. 

    "Oh itu, dulu kayaknya kakek pernah cerita sih, tapi aku agak lupa. Emang iya kakek ikut berperang melwan Belanda?"

    "Iya dong! Dan kamu tahu ngga, sepeda kakek itu, yang kata teman kamu "sepeda tua, kayak sepeda simbah-simbah dan warnanya sudah kusam" itu, dulu juga dipakai saat kakek masih berjuang melawan penjajah." tambah Ibu. 

    "Masak sih kakek perangnya pakai sepeda? Kan penjajah pakai tank, langsung kalah dong kakek?" tanya Dhani serius. 

    "Yaa, maksud Ibu bukan saat perang pakai sepeda gitu. Tapi, sepeda itu sangat berjasa dan sangat bersejarah. Sepeda yang kamu pakai itu adalah sepedanya salah satu pahlawan Indonesia lho. Kamu seharusnya bangga dong pakai sepeda kakek." kata Ibu sambil tersenyum. 

    Selesai makan, Dhani langsung membereskan piring. Dhani ke luar rumah dan membawa sepeda tua milik kakeknya ke dalam rumah. 
    "Yuk, kita berangkat sekarang Dhani?" tanya Ibu. 

    "Hah, berangkat kemana Bu?" tanya Dhani bingung. 

    "Beli sepeda baru!" jawab Ibu sambil tersenyum. 

    Dhani tersenyum, membersihkan sepeda tua penuh sejarah milik kakeknya. "Ngga jadi Bu. Mungkin tadi karena aku capek dan lapar aja, lalu ada teman yang bilang begitu, jadi aku langsung marah. Aku ngga apa-apa kok pakai sepeda ini. Setelah mendengar cerita ibu tadi, aku justru bangga menggunakan sepeda tua ini. Sepeda bersejarah milik salah satu pahlawan Indonesia." kata Dhani sambil menegluarkan sepedanya. 

    "Lho, sekarang kamu mau kemana?" tanya Ibu bingung. 

    "Aku mau sepedaan bu!" jawab Dhani sambil tersenyum lalu mengayuh sepedanya. 




    

2 komentar:

noviejocelyn mengatakan...

Bagus Ms... sederhana dan bikin penasaran gimana akhir ceritanya.
Well-written. Keep up the good work.

Sumarjiyati mengatakan...

Dani yang baik.... Iya bener kita harus bangga dengan peninggalan kakek kita.