pra Indonesian Youth Day...
“Indonesian
Youth Day (IYD) ?? Apa’an tu? Temu OMK se Indonesia, dan dilaksanakan di
Sintang, Sanggau, Pontianak Kalimantan Barat?? Waw..waw..waw...Pengennn
ikutttt......” Itulah reaksi pertamaku saat mengetahui pengumuman dan
pamflet-pamflet tentang IYD. Uhuii...di Kalimantan! Maenn-maen, yaa itulah
motivasi awalku ingin ikut IYD. Hahahaa....Setelah melalui proses yang agak
panjang, agak lama, dan agak berbelit-belit, jadilah aku dan Yani mendaftar
untuk ikut IYD.
Ada
3 tahap yang harus kami ikuti sebelum berangkat IYD, yaitu pra IYD 1, pra IYD
2, dan pra IYD 3. “Sanggupkah aku, Tuhan? Salah nggak to aku ‘ndaftar ikut IYD
ini?” Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dalam diriku. Tapi aku mencoba meyakinkan
diriku sendiri bahwa aku sanggup dan bisa mengikuti segala proses sebelum IYD
dan pada saat IYD dan keputusanku untuk ikut IYD ini nggak salah.
Pra
IYD 1, kami kenalan dengan teman-teman se Keuskupan Agung Semarang, tapi sayang
sekali yang datang di pra IYD 1 waktu itu hanya sedikit. Pada saat pra IYD 1
kami juga merefleksikan “Kenapa aku masih Katolik?” Menurutku ini adalah pertanyaan
yang sederhana tapi sulit dijawab. Kenapa aku masih Katolik? Gampangnya karena
semua keluargaku, nenek-kakek ku juga Katolik, sejak kecil aku juga dididik
secara Katolik. Sedangkan sharing dari teman-teman yang lainnya sangatlah
“waww” sekali. Ada yang merasa sentuhan, kasih dan cinta Tuhan secara nyata,
ada yang merasa terselamatkan dari maut, ada yang dulu pernah meninggalkan
Tuhan tapi bisa kembali lagi pada Tuhan. Pokoknya sharing dan pengalaman mereka
sangatlah “waww” sekali. Sedangkan aku? Aku merasa hidupku lurus-lurus aja,
tidak ada tantangan seberat yang mereka ceritakan. Yaa, setidaknya aku masih dan selalu percaya serta
yakin bahwa ada Tuhan yang selalu menopangku.
Pra
IYD 2, kami diharapkan lebih mengenal keuskupan kami yang tercinta, Keuskupan
Agung Semarang. Kami diberi penjelasan tentang komisi-komisi yang ada di KAS,
luas KAS, Ardas KAS, Kevikepan di KAS, Vikjen, dsbnya. Jujur, banyak yang aku
gak tau dari KAS! Awrr2...kemana saja aku selama ini?? Setelah itu kami disuruh
membuat tujuan hidup ya semacam ardas hidup kami masing-masing. Apa to
sebenernya tujuan dari hidup kita itu? Setelah itu kami dibagi dalam beberapa
kelompok dan mensharingkan ardas kami masing-masing. Dan, ardas ku adalah
“Berguna bagi sesama dan Tuhan”. J Alasan aku memilih ini karena aku merasa hidupku dari sesama dan
Tuhan, aku tidak bisa jadi apa-apa dan siapa-siapa tanpa sesama dan Tuhan. Dalam
pra IYD 2 ini kami juga diharapkan bisa glow in the dark. Ada banyak cara yang bisa
digunakan dalam katakese, ada banyak media yang sesuai atau yang sedang booming
saat ini yang juga bisa digunakan dalam katakese. Dalam pra IYD 2 ini juga ada
outbondnya. Pra IYD 2 sangat melelahkan memang, tetapi dari outbond dan sharing
inilah kami menjadi semakin mengenal teman-teman kami yang lain. Pra IYD 2 juga
membuat kami lebih mengenal tentang keuskupan kami sendiri.
Pra
IYD 3 lebih fokus ke teknis pelaksanaan
IYD; apa aja yang harus dibawa dan tidak boleh dibawa, bagaimana cara packing,
apa yang harus kami lakukan saat IYD, dsbnya. Pagi harinya kami latihan jalan.
Kami membawa tas yang besok akan kami gunakan untuk IYD, lalu kami berjalan menyusuri
kali krasak. Setelah itu, siangnya kami latihan untuk perform saat IYD. Pra IYD
3 ini sangat-sangat melelahkan sekali, tapi juga menyenangkan sekali. Pra IYD 3
adalah pra IYD yang terakhir sebelum kami semua berangkat IYD. Lagi, pertanyaan
yang muncul dalam diriku. “Sanggupkah dan pantaskah, aku Tuhan?” Aku sangat
ingat betul apa motivasi awalku ikut IYD, mungkin motivasi awalku itu tetap
saja masih ada dalam diriku, tapi kini sangat-sangat aku sadari bahwa ada tanggung
jawab dan konsekuensi setelah aku mengikuti IYD ini, dan aku yakin, aku siap.
18 Oktober 2012
Sore
ini ada misa pelepasan IYD kontingen Keuskupan Agung Semarang. Jujur, sejak
awal sampai akhir misa pikiranku tertuju pada hari esok; IYD. Pantaskah aku,
Tuhan??
Pantaskah
aku Tuhan mengikuti event sebesar ini? Pantaskah aku Tuhan ambil bagian dalam
kegiatan ini? Aku bukanlah seorang aktivis di parokiku, tapi setidaknya
beberapa kali aku ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan di parokiku. Bahkan
setelah pra IYD I kemarin, aku dan Yani; teman separoki ku yang mengikuti IYD
dituntut untuk membuat suatu acara untuk OMK. Awalnya kami berdua merasa
tertekan dengan tuntutan itu. Waktu itu kami berdua masih blank dengan “IYD”,
tapi kenapa baru pra IYD I kami diharuskan membuat acara untuk OMK. Sedangkan
teman-teman dari paroki lain sepertinya tidak dituntut macam-macam.
Rasa-rasanya tidak adil dan terlalu menuntut. Akhirnya kami membuat acara temu
OMK se paroki. Acaranya pun hanya sederhana. Sebenarnya inti dari acara
tersebut hanya mengumpulkan OMK, supaya kami saling kenal OMK di paroki kami
karena terkadang 1 paroki pun kami tidak saling kenal, bahkan tidak tahu kalau
1 paroki. Jadi, pada waktu itu acara utama adalah ice breaking, nyanyi-nyanyi,
snack, dan games. Hahahaa....Sedangkan acara tambahan adalah sharing. Sharing yang
kami angkat pada waktu itu adalah “Hal apa yang telah aku perbuat untuk Gereja
dan Rencana/Hal baik yang akan aku lakukan untuk Gereja”. Maksud dari sharing
singkat ini adalah agar kami menyadari bahwa kami memiliki dan dimiliki oleh
Gereja. Acara yang bisa dibilang cukup mendadak ini juga bisa dibilang
berhasil. Hahaa....Dan kami berdua menyadari bahwa tuntutan tersebut justru
membuat kami berdua semakin tangguh dan kuat. J
Aku
mencoba flash back semua proses IYD ini (baik bersama teman-teman se KAS dan
bersama Yani), dari pra IYD 1 sampai dengan pra IYD 3 dan aku mencoba
mengingat-ingat motivasiku mengikuti kegiatan ini. Selama proses pra IYD, ada
hal-hal yang membuat kami capek dan males, tapi lebih banyakkk lagi hal-hal
yang menyenangkan, membuat kami semakin tangguh, dan membuat kami semakin kaya
akan pengalaman. Motivasiku? Yaa,.bisa dibilang motivasi ku membuatku tidak
layak mengikuti ini. Apa sih motivasi awalku? Maen-maen. Yap, Borneo, belum
pernah aku menginjakan kaki disana. Alasan itulah yang menjadi motivasi awalku.
Tapi seiring berjalannya waktu, ada motivasi yang lain. Mencari pengalaman;
penglaman iman, pengalaman hidup. Kini,
entah pantas atau tidak pantas, besok adalah hari keberangkatan
mengikuti IYD di Borneo. Dalam doaku aku selalu memohon agar aku pantas
mengikuti kegiatan ini. Yaa, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku memang
pantas mengikuti kegiatan ini. Hahahaa.....
Indonesian Youth Day...
Yeiii......selamat
pagi Salam! Pagi ini, kami akan berangkat IYD di Borneo. J
Masih
saja ada sedikit keraguan; pantaskah aku, Tuhan? Dan pertanyaan itu selalu aku
jawab sendiri “Pantaskan aku, Tuhan!” Apakah aku terlalu memaksakan Tuhan?
Tidak...
Kami berangkat dari Youth
Spirituality Centre Salam menuju ke Bandara Adi Sucipto pukul 07.00 WIB.
Pesawat yang akan kami gunakan berangkat pukul 09.00 WIB. Kebersamaan yang
sangat menyenangkan. Hahaa.... .
Yeiiii
Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Akhirnya, kami, Kontingen KAS
sampai di Kalimantan. Di bandara kami disambut oleh 2 orang yang menggunakan
pakaian khas Kalimantan dan membawa papan bertuliskan “Keuskupan Agung
Semarang”. Setelah puas berfoto ria bersama dua orang tersebut, kami mengambil
tas kami dan menuju ke bus yang telah disediakn oleh panita. Di luar Bandara, kami
juga disambut oleh orang-orang Kalimantan. Sungguh, penyambutan yang hebat dan
luar biasa.
Kami
masuk ke bus yang telah disiapkan panitia menuju ke Sekretariat IYD yang
terletak tidak jauh dari bandara. Di sana, kami disambut oleh panita. Kami juga
mendapatkan call card, rosario, dan makan siang. Setelah itu kami menuju ke
rumah betang. Rumah betang adalah rumah adat Dayak. Setelah puas berfoto-foto
kami istirahat dan ada beberapa games. Kami akan berangkat ke Sanggau (tempat
kami live in) pada pukul 18.30 WIB, jadi kami mempunyai waktu bebas sekitar 3
jam.
Aku
dan beberapa temanku jalan, jalan, jalan, dan jalan sampai akhirnya secara
tidak sengaja kami menemukan Mall. Masuklah kami ke sana. Jauh-jauh sampai
Pontianak hanya ke Mall? Sebenarnya bukan itu juga maksud kami, tapi kami hanya
menggunakan waktu bebas kami. Beberapa saat setelah kami berada di Mall, kami
mendapat kabar bahwa kami harus segera kembali ke rumah betang, karena akan
berangkat ke Tugu Katulistiwa. Pada waktu itu kami ber 16, dan kami
terpisah-pisah. Kami saling menunggu, dan pada waktu kami akan kembali ke rumah
betang, turunlah hujan dengan sangat derasnya. Sedangkan teman-teman yang
berada di rumah betang sudah menunggu kami. Jujur, kami benar-benar merasa tidak
enak dengan teman-teman yang lain. Maaf,
maaf, dan maaf, teman-teman...
Live in...
Kami
mendapat tempat live in di Keuskupan Sintang, dan aku live in di Paroki St.
Theresia Nobal. Sesampainya di Paroki Nobal, kami disambut dengan adat di sana
dengan tari-tarian. Penyambutan yang luar biasa juga ini. Setelah itu kami
diajak masuk ke rumah Betang yang berada di dekat Gereja. Di sana ada
perkenalan singkat, dan pembagian tempat live ini. Aku mendapat tempat live ini
di stasti St.Yohanes Pemandi Baya Betung. Ada 12 orang yang live in di stasi
Baya Betung, yaitu Mas Danil, Mbak Laura, Romo Yustinus Prabowo O.Carm.
(Keuskupan Agung Jakarta), Mbak Ratna, Theo, Kevin, Vania (Keuskupan Bogor),
Gorby, Mas Galih, Rico, Mbak Inge, dan aku (Keuskupan Agung Semarang). Jarak
dari paroki Nobal ke stasi lumayan jauh dan jalan yang kami lewati sungguh luar
biasa. Hal pertama yang membuat kami malu adalah antusiasme warga di sana untuk
mengikuti perayaan Ekaristi masih tinggi, walaupun jarak tempuhnya jauh dan
jalannya tidak rata tapi mereka masih mau mengikuti perayaan Ekaristi.
Sedangkan aku?? Ehemm......
Sesampainya
di Baya Betung, kami juga disambut oleh beberapa warga yang menjadi orangtua
asuh kami, setelah itu kami diajak pulang oleh orang tua asuh kami
masing-masing. Aku tinggal di rumah keluarga Ibu Silawati dan Pak Semail.
Keluarga ini termasuk keluarga yang mampu. Disana, bisa dibilang tempat live in
yang nyaman. Semuanya diluar bayanganku. Awalnya aku pikir aku akan mendapat
tempat live in di daerah pelosok, masih banyak suku pedalaman, mandi di sungai,
dan tinggal di rumah betang, tapi ternyata tidak. Rumah yang aku tinggali sudah
termasuk rumah moderen. Ada kamar mandi yang tertutup juga dan aku tidur satu
kamar dengan dek Tiwi;anak tunggal dari Ibu Sila.
Setelah
aku selesai mandi, ternyata sudah ada beberapa teman dek Tiwi datang ke rumah.
Segera saja aku bergabung bersama mereka. Dan diluar dugaanku juga, mereka
semua sangat ramah dan welcome padaku. Setelah itu aku diajak pergi ke nikahan
di sebelah rumah Ibu Sila, dan...warga disana sangat-sangat ramah sekali,
terutama anak-anak kecilnya.
Malam
harinya, ada doa rosario. Kami semua yang live in di Baya Betung datang dan
memperkenalkan diri, tapi karena malam itu juga ada acara di tempat nikahan,
jadi setelah perkenalan kami langsung diajak ke acara nikahan tersebut. Awalnya
kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tapi orang tua asuh kami langsung
mengajak kami makan, duduk-duduk sebentar dan pulang. Bu Sila, Pak Semail, dan
dek Tiwi juga memberi tahuku tentang adat dan kebiasaan-kebiasaan saat ada
pesta pernikahan. Setelah itu aku diajak pulang oleh Bu Sila. Beliau merasa
kasihan pada ku karena sejak tadi belum istirahat. Sedangkan dek Tiwi masih
ingin disana dan minta aku menemaninya. Tapi akhirnya aku tetap diajak pulang supaya
bisa istirahat, sedangkan Pak Semail menemani dek Tiwi di tempat nikahan.
Kira-kira
jam 11 malam, dek Tiwi dan Pak Semail pulang karena hujan deras. Sebenarnya aku
sudah sangat ngantuk, tapi Pak Semail tiba-tiba membuatkan ku segelas kopi.
Dengan senang hati aku meminumnya sambil ngobrol-ngobrol dengan bapak dan ibu.
Beliau benyak bercerita tentang adat dan kebiasaan di Baya Betung, tentang
kebun sawit dan kebun karetnya. Setelah itu, aku dan dek Tiwi tidur. Di kamar
pun dek Tiwi juga bercerita banyak tentang sekolahnya, tentang teman-temannya
dan tentang sejarah dari Sintang.
Hari
ini, sungguh luar biasa dan sungguh diluar dugaanku. Segala penyambutan dan
keramah tamahan mereka sangat luar biasa. Sebelumnya, aku sering mendengar
nasehat atau kata-kata kalau kita harus berhati-hati di Kalimantan, kita harus
berhati-hati dengan orang Dayak, pikir-pikir kalau diberi makanan atau minuman
oleh mereka. Tapi kenyataannnya? I am fine! Mereka, sangat-sangat baik dan
ramah sekali. Berhati-hati, ya mungkin dimanapun kita berada kita memang harus selalu
berhati-hati. Kalau kita berniat baik dan tidak membuat masalah duluan pasti
kita juga tidak akan mendapat masalah. Hari esok, aku yakin akan lebih baik dan
lebih menyenangkan.
Minggu
pagi...
Hari
ini ada perayaan Ekaristi di Stasi Nobal. Jam 6 pagi masih hujan deres banget,
tapi aku sudah bangun. Jujur, kalau di rumah, pagi-pagi, hujan, pasti aku malas
bangun dan malas ke Gereja. Tapi sekarang aku harus ikut ke Gereja. Hahaaa.....
Sekitar
jam 8.30, kami berangkat ke stasi. Awalnya perayaan Ekaristi akan dimulai pada
pukul 09.00, tetapi akhirnya dimulai pada pukul 10.00 WIB karena pada pukul
09.00 banyak umat yang belum datang. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo
Yustinus O.Carm. Umat di Stasi Baya Betung lumayan banyak, dan antusiasme untuk
mengikuti Ekaristi juga tinggi. Banyak warga yang duduk di luar. Anak-anak
kecil di suruh duduk di bawah, tanpa tikar dan tanpa didampingi orang tua
mereka, tetapi mereka tetap bisa mengikuti Ekaristi tanpa ramai sendiri. Sedangkan
di daerahku?? Ada banyak tempat duduk di dalam Gereja, tetapi anak-anak kecil
biasanya justru di luar Gereja, mereka lari-larian dan ramai sendiri. Kalaupun
duduk di dalam, sebentar-sebentar pasti mereka ke luar atau jalan-jalan. Di
Stasi Baya Betung, sebelum perayaan Ekaristi selesai semua umat masih di dalam
Gereja, mereka mengikuti perayaan Ekaristi dari awal sampai benar-benar
selesai. Di tempatku? Ada beberapa orang yang langsung pergi atau langsung
pulang setelah menerima komuni. Mungkin Baya Betung memang daerah pelosok, tapi
Iman mereka lebih kuat dan lebih luar biasa dari pada daerahku.
Setelah
selesai perayaan Ekaristi ada ramah tamah dengan umat Baya Betung, kami
memperkenalkan diri lagi. Ada 3 teman kami dari Keuskupan Bogor (Theo, Kevin,
Vania) yang baru datang Minggu pagi ini. Penyambutan dan acara ini juga sangat
luar biasa bagi kami. Kami ber 12 orang dan beberapa tetua Baya Betung disuruh
duduk di depan dan berhadapan dengan warga Baya Betung, bahkan ibu-ibu WK
justru duduk di bawah. Dalam ramah tamah ini beberapa dari kami sharing tentang
OMK, tentang keadaan dan kondisi Gereja tempat kami, dan tentang kesan-kesan
live in di Baya Betung.
Sekitar
pukul 13.00 WIB acara ramah tamah selesai, dan kami pulang ke rumah kami
masing-masing. Di rumah, aku langsung diajak makan bersama keluarga Ibu Sila.
Di sana, mereka selalu makan bersama, dan selalu ada doa sebelum dan sesudah
makan secara bersama-sama. Awalnya aku merasa kikuk dan canggung, apalagi
ketika aku selalu disuruh memimpin doa sebelum dan sesudah makan. Padahal di
rumah?? Makan bersama pun jarang, apalagi memimpin doa makan secara
bersama-sama. Sebenarnya hari Minggu ini aku pengen ke sawit dan kebun karet
milik Keluarga Ibu Sila. Aku pengen belajar noreh karet, tetapi Bapak dan Ibu
bilang kalau hari Minggu itu tidak ada yang noreh, hari Minggu tidak ada yang
bekerja karena hari Minggu itu khusus untuk sembahyang. Jlebb....waw...hebat
sekali bukan? Aku jadi malu pada diriku sendiri! Setelah selesai makan siang,
aku menemani dan sedikit membantu dek Tiwi dan Sisna (saudaranya Tiwi) belajar.
Malam
harinya ada doa rosario di dua tempat. Rosario yang pertama Ibu Sila, Pak
Semail, dek Tiwi, dek Sisna, dan aku datang terlambat. Di dalam dan di teras
rumah sudah dipenuhi warga. Banyak sekali warga yang mengikuti doa rosario,
bahkan sampai ada beberapa yang berdiri, termasuk aku, Daniel, Theo, dan Pak
Semail. Di sana, setelah doa rosario masih ada pembacaan Sabda Tuhan, dan
setelah itu ada semacam khotbah. Hal yang masih membuatku kagum adalah tetap
saja mereka mengikuti doa rosario yang lumayan lama ini dengan antusias, banyak
juga anak-anak kecil dan remaja yang mengikuti sampai selesai. Di desa ku,
jarang ada anak-anak kecil dan remaja yang ikut doa rosario, aku sendiripun
juga jarang ikut, padahal rosario di desaku lebih sebentar daripada rosario di
sini. Setelah selesai doa rosario, kami disuruh makan. Sebenarnya sebelum
berangkat rosario, aku sudah makan, tetapi kami tidak boleh menolak pemberian
orang. Setelah selesai makan, kami semua pindah tempat untuk doa rosario lagi.
Doa rosario yang kedua di rumah Pak Rian. Hampir semua yang ikut rosario yang
pertama juga ikut rosario yang kedua. Sungguh hebat dan luar biasa sekali ini.
Dalam semalam rosario dua kali, dan jumlah umat tetap sama.Waaaww.......sungguh
luar biasa. Rosario yang kedua ini sekaligus waktu bagi kami untuk berpamitan
pada warga Baya Betung. Terimakasih untuk segala kebaikan, proses, dan
kesempatan yang sudah kami terima sejak awal sampai malam ini, bahkan masih
sampai besok pagi. Terimakasih untuk penyambutan yang luar biasa bagi kami.
Maaf, maaf untuk segala kesalahan yang telah kami perbuat.
Paginya,
kami pamitan untuk pulang. Bapak dan Ibu asuhku sampai tidak berangkat kerja
hanya demi ingin akan mengantarkanku, sungguh hebat sekali. Perpisahan dan
pamitan dari Stasi Baya Betung juga menggunakan adat di sana. Rasa-rasanya live
in ini kurang lama. Tapi semua memang ada waktunya, dan kini waktu bagi kami
untuk kembali melanjutkan aktivitas kami dalam IYD.
Kami
diantar menuju ke Gereja Keuskupan Sintang. Sorenya diadakan misa penutupan
live in di Gereja Keuskupan Sintang yang dihadiri oleh peserta IYD dari
Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, dan
Keuskupan Sintang. Setelah misa ada malam keakraban. Setiap keuskupan
menampilkan perform masing-masing. Pastilah setiap keuskupan menampilkan
perform yang berbeda-beda, tapi semuanya itu mempunyai makna dan arti yang
dalam.
Sanggau...
Pagi
harinya kami berangkat ke Sanggau. Acara pertama sesampainya di Sanggau adalah
pawai dari halaman kantor Bupati Sanggau sampai ke megatend. Semua peserta IYD
menggunakan pakain adat dari daerah masing-masing. Walaupun ditengah
rintik-rintik hujan, tapi kami semua sangat bersemangat mengikuti pawai ini. Sepanjang
jalan menuju megatend, banyak sekali orang yang melihat kami;para peserta IYD;,
serasa sangat-sangat disambut oleh warga di sana. Setelah sampai di megatend,
ada misa pembukaan IYD. Jujur, aku sangat-sangat ngantukk saat itu, tapi kenapa
masih banyak teman-teman yang lain tampak sangat serius dan khusyuk mengikuti
misa ini?? Saluttt....Acara selanjutnya adalah makan malam, lalu malam
keakraban. Malam keakraban ini semacam perkenalan dan iyel-iyel dari setiap
keuskupan.
Selama
di Sanggau, setiap pagi ada Perayaan Ekaristi. Pagi ini aku juga mengikuti
Perayaan Ekaristi, tapi aku setelah doa umat aku baru datang. Mungkin memang
tak pantas, tapi yang penting niat. Hahaa.... Setelah Perayaan Ekaristi, ada
upacara pembukaan IYD. Siangnya dilanjutkan dengan workshop. Ada 8 tema dalam
workshop ini, yaitu Makna Penting Dialog Antar Agama dan Kepercayaan di
Indonesia, Mau Menikah atau Selibat, Merancang Liturgi OMK, OMK: Selamatkan
Perkawinanmu sebelum dimulai!, OMK Pembawa Harapan Perdamaian dan Keadilan di
Indonesia, Bagaimana Imanku di Era Digital, Menjadi Pendamping Adik Remaja, dan
Ketahanan Pangan Kita. Aku mendapat tema tentang OMK Pembawa Harapan Perdamaian
dan Keadilan di Indonesia. Dalam workshop tentang keadilan ini, kami para OMK
diajak untuk menyadari tentang ketidakadilan. Ketidakadilan ada dimana-mana dan
dekat dengan kita. Ketidakadilan tidak hanya terjadi di pengadilan, tapi juga
dalam keseharian kita (lingkungan hidup, sosial, ekonomi, budaya, bahkan dalam
kehidupan menggereja). Seringkali kita hanya merasa bahwa kita adalah korban
dari ketidakadilan, tanpa kita sadari seringkali kita juga menjadi pelaku dari
ketidakadilan tersebut. Dalam workshop tersebut, kami para OMK diharapkan
meneladan Yesus sebagai tokoh yang melawan ketidakadilan, dan membangun budaya
damai di negeri ini. Kami juga dibagi dalam kelompok, dan tiap kelompok
mensharingkan tentang pengalaman dari “ketidakadilan”. Tetapi cuaca saat itu
kurang mendukung, hujan turun dengan derasnya, sehingga acara sharing kami
kurang efektif. Terkadang kami tidak mendengar apa yang teman-teman kami
sharingkan.
Malamnya
ada sesi pleno bersama Mgr.John Philip, tapi sayang sekali, aku tidak ikut
acara ini, karena aku justru tertidur di penginapan. Zzz.....Menyesal dan
merasa bodoh sekali melewatkan sesi ini. Setelah sesi tersebut ada doa Taize,
Adorasi, dan kemudian dilanjutkan dengan Sakramen Tobat. Kali ini aku ikut
ketiga acara tersebut, tapi Sakramen Tobat? Aku merasa tidak siap dan malu
untuk pengakuan dosa. Entah sudah berapa lama aku tidak melakukan pengakuan
dosa. Tapi akhirnya aku ikut pengakuan dosa, malu memang, tapi kalau
ditunda-tunda terus, lalu kapan aku akan melakukan pengakuan dosa?
Pagi
harinya aku tidak ikut Perayaan Ekaristi, karena aku bangun kesiangan. Setelah
perayaan Ekaristi ada sesi bersama Mgr Martinus dan juga Mrg. Agustinus Agus.
Malam harinya adalah acara pentas budaya, dan tampilan dari KAS sungguh hebat.
Hahhaa...proficiat buat teman-teman semua.
Jumat
26 Oktober 2012, hari terakhir di Sanggau dan hari terakhir IYD. Kali ini aku
mencoba mengikuti Perayaan Ekaristi penutupan IYD. Prosesi Ekaristi penutupan
ini juga dilaksanakan dengan meriah, pada saat perayaan Ekaristi ini juga ada
berkat indulgensi dan pernyataan bersama. Entah sebenarnya pantas atau tidak
aku menerima berkat indulgensi ini, semoga pantas. Setelah misa, aku dan
teman-teman yang live in di Baya Betung menemui bang Boby, Bu Maria, dan bang
Andre. Beliau jauh-jauh datang dari Baya Betung pukul 04.00 wib untuk menemui
kami, sebelukm kami kembali ke Jawa. Waww...so sweet skali... Acara sejak
selesai misa penutupan sampai Sabtu pagi adalah acara bebas. Bang Boby mengajak
kami untuk pergi ke air terjun, tapi aku gak bisa ikut karena aku dan Yani
dijemput saudara kami. Awalnya aku berencana tidak ingin ikut saudaraku pulang,
tapi akhirnya aku luluh dengan saudaraku yang sudah jauh-jauh menjemputku.
Sabtu
pagi, waktunya kembali ke Jawa. Yani dan aku berangkat dari rumah Ibuknya Yani.
Sempat beberapa kali kami berdua ditelepon karena kami belum sampai di bandara,
sebenarnya merasa tidak enak juga, tapi akhirnya kami sampai bandara sebelum
check in. Terimakasih teman-teman semua! Terimakasih Borneo! Terimakasih IYD!
Terimakasih untuk segala proses dan kesempatan yang sudah boleh kami terima.
Proficiat untuk semua panitia IYD ini, sungguh acara yang hebat dan luar biasa.
Lucia
Astri N
Klepu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar