Benar kata banyak orang “Dewasa itu
pilihan, tua itu pasti”. Kalau disuruh milih sih aku gak mau jadi tua. Sekarang
aja rasa-rasanya aku pengen mbalik jadi anak SD atau SMP aja lah, ketika yang
dipikirkan hanya pelajaran (itu pun kalau mau ujian), mengerjakan tugas
kelompok dan PR (sambil main-main), extra, dan main-main. Padahal dulu pas
masih SD atau SMP pengennya cepat besar, cepat kuliah, cepat kerja, dsb.
Ternyata oh ternyata lebih enak jadi anak kecil, tenin wes.
Tapi
kalau mau jadi kecil terus, kapan kita besarnya? Kapan kita dewasanya?
Yaaa…kita gak bisa menghentikan waktu atau memutar waktu kembali sih ya. Hidup
adalah gratisan paling gratis dari Tuhan. Setiap pagi kita bangun adalah
gratisan dari Tuhan. Setiap tahun kita tambah usia adalah gratisan juga dari
Tuhan. Dan ketika setiap tahun aku tambah usia, kedua orang tuaku, simbah2 ku
juga tambah usia, tambah tua.
Duluuu,
ketika aku masih SD, disekitar rumahku masih ramaii, masih ada kedua simbahku
yang tinggal bersamaku, masih ada simbah sebelah kiri rumah, masih ada Yani dan
kedua simbahnya, masih ada mbah Mul dan mereka masihh sehat semuaa. Pas masih
SD, kalau aku sakit, masih ada mbah putri yang menemani, karena bapak-ibuk
berangkat ke sekolah. Ketika ak nabrak pintu, kepalaku berdarah-darah, dan ak
nangis2, semua simbah2 di sekitar rumahku datang. Ketika gusi ku dijahit, semua
simbah2 disekitar rumahku mengunjungi dan aku pura2 tidur karena pasti aku
dimarahi. Ahh…..
Sekarang?
Yaa waktu terus berjalan sih ya. Pas kelas 2 SMP simbah putri meninggal, tahun
2012 lalu simbah kakung meninggal. Simbah disebelah kiri rumah juga udah
meninggal lama. Mbah Dirjo kakung meninggal sekitar 7 bulan setelah mbah kakung
meninggal. Mbah Mul udah sakit sejak sebelum Mbah Kakung meninggal. Pak Pujo
meninggal sekitar pertengahan tahun 2014 kemarin. Yaampun…sekitar rumahku jadi
sepi banget. Mas Andri ke Jakarta udah sejak 2010 atau 2011 itu. Dan sekarang
Yani ke NTT. Jadi sekarang tiga rumahh yang besarrrr2 di belakang rumahku hanya
dihuni 1 orang saja.
Atau
karena aku nganggur jd aku merasa sekitar rumahku jd sepi?*eh… Aku jd khawatir,
ketika aku semakin tambah umur, maka kedua orang tua ku juga tambah tua.Tapi,
ya begitulah kenyataannya. Aku tidak masalah ketika I have to be a driver for
them, ketika ak disuruh manasi mobil, disururuh ngantar ke bank, disuruh
ngantar periksa, nunggu opname, nyari & ngecek simbah karena ditlepon gak
bisa, dll. Ketika ak hanya bermaksud mampir sebentar tapi akhirnya jadi lama
karena ngemil2 dan ngobrol2 dulu. Ketika aku hanya duduk sambil ngobrol. Ketika
aku hanya menyapa saat ak lewat samping rumah. Kadang, ak jadi merasa takut dan
merinding. Besok bapak-ibuk juga sendirian kayak gini? Besok kalau bapak-ibuk
sudah tua siapa yang ngrewangi macem2? Besok kalau bapak-ibuk sudah tua siapa
yang ngancani??
Dulu
ketika aku maksa mau ke Kalimantan (iya maksa.wkwkw), Bapak dan Ibuk kayak e
berat mengizinkan aku gitu. “Sesuk nek bapak-ibuk ngopo2 sopo sik
ngeterke?”sempat Bapak/Ibuk ku bilang gitu. “Yani lah” jawabku sambil tertawa.
Waktu itu dia masih kuliah, jadi masih tinggal di rumah. Dan yaa…aku dengar
dari cerita bapak-ibuk, Yani memang jadi super sibuk, apalagi setelah simbah
kakung e meninggal. Dan pasti dia juga merasa kesepian. “Besok aku main sama
siapa mbak?” tanya Yani sebelum aku berangkat ke Kalimantan waktu itu. “Ora sah
neng Kalimantan, nggo kanca aku ro Yani” kata Mbah Dirjo putri juga.
Yaa..intinya
aku takut dan khawatir ketika kedua orang tau ku menjadi tua. Aku khawatir
kesepian-kesepian yang akan mereka hadapi. “Terus ak nggak takut ketika aku
sendiri juga tambah tua?” pertanyaan itu juga muncul dalam diriku. Hehehe…Iyaa,
aku juga takut tambah tua, tapi paling tidak kedua orang tua ku dulu yang
tambah tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar