SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Selasa, 28 Februari 2012

Gatal # 2

Aku mengambil selembar kertas yang berada di bawah pintu ruang tamu. Kertas yang penuh dengan hiasan religus dan berwarna kalem. Sejenak aku melihatnya, terdiam. Ini bukan kertas biasa, ya, ini bukanlah hanya sekedar kertas biasa yang bisa aku kumpulkan lalu aku jual. Lebih tepatnya ini adalah undangan. Kenapa kertas ini ada di bawah pintu? Mungkin pak pos yang memasukkan lewat celah bawah pintu, tapi tidak ada alamat lengkap dan prangkonya. Bagaimana mungkin pak pos bisa mengantar sampai rumahku yang jauh dan pelosok ini? Atau jangan-jangan undangan ini memang sengaja hampir dibuang atau disapu oleh ibuku? HHm..okelah, aku juga gak tau bagaiamana undangan itu sampai di tempatku. Yang aku tau adalah undangan itu memang tertuju untukku.

Kembali ku pandangi undangan itu. Aku bingung mau datang atau tidak. Dan aku juga gak tau bagiamana aku harus menata hatiku bila menghadiri undangan itu. Yang pasti bila aku datang kesana aku harus tampak bahagia. Ya, bahagia, walaupun dalam hati pasti aku bilang: Huwaa...agak kurang ikhlas!
"Undangan apa'an tuh?" tanya kakak ku yang tiba-tiba masuk ke kamar
Langsung kutunjukan undangan itu padanya, dengan ekspresi datar, tapi kemudian...."Huwaa.....dia!" Jujur, aku juga gak tau bagaimana harus mengekspresikan ini semua.
"Hahahaa.....sudahlah, kayak gak ada orang lain aja! Ehem, tapi datang kayaknya asyikk tuh!" kata kakak ku sambil tertawa.
Hhmm,..iya juga sih, kayaknya datang juga bakalan asik deh. Apa salahnya coba? Ya, aku akan datang, mungkin.

Tiba-tiba aku teringan percakapan ibu ku beberapa tahun yang lalu. Pagi itu aku baru aja bangun tidur, masih dengan ngantuk2nya. "Eh, tadi tu Mbak Melati (bukan nama sebenarnya) dan anaknya lewat jalan sebelah". kata ibukku.
"Hah..Mbak Melati, siapa coba, aku gak tau!"
"Itu, saudaranya tetangga sebelah. Dia itu masih muda, cantik lagi."
"Terus?"
"Suaminya itu dulu adalah seorang frater." jawab ibuku.
Hyakk....apa'an nih maksud ibu ku??? Jawaban ibu ku membuatku benar-benar terbangun. "Terus?" tanyaku lagi
"Yaa...jadi kamu tu jangan macem-macem deh sama frater. Frater itu susah lo buatnya!"
Hhemm...sejenank aku cuma diam aja. Sial...apa'an nih maksudnya..
"Aku gak ada apa2 kog sama frater" jawabku setengah memberontak.
"Ya udah kalo gak ada apa2, santai aja lho!" kata ibuku sambil lalu.
"Lha aku emang gak ada apa-apa kog. Lagian dulu sama yang beda agama gak boleh. Terus boleh nya sama yang kayak apa coba?"
"Ya yang seiman lah"
Ahh..kenapa sih harus kayak gitu? Bukannya kita semua tu sama ya? Kita menuju pada altar yang sama, hanya cara kita menuju altar itu yang beda-beda.
"Ya udah, kalo frater itu juga seiman" jawabku santai
"Iya, seiman, tapi ya bukan frater juga kali! Pokoknya jangan macam2 sama frater."
Iya, aku tau kog, kalo bikin frater tu sulit. Tapi..tapi..gimana ya?? Huhuu....Aku memang gak macem2 kog sama frater, paling cuma nonton berdua (itu pun cuma sekali), sms an kalo pas lagi liburan, maen bareng2, maen ke seminari..Hahhaa....Semua itu bukan berarti aku ada apa-apa juga kan?! Tapi..mungkin gak ada apa-apa waktu itu adalah suatu proses menjadi apa-apa. (ngomong apa'an sih ini??) Dan mungkin agak terlalu jauh juga. Miris deh, menyadari kalo dia itu frater, oneday he'll be a priest.

Sekarang, undangan di tanganku adalah undangan tahbisannya. Glekk...Tahbisan! Apakah aku harus seneng atau sedih? Seharusnya aku seneng, ya seharusnya! Dan nyatanya aku menang seneng kog (tes..tes..tes...)

Akhirnya aku datang ke acara itu. Semua sudah kupersiapkan dengan rapih; hatiku. Banyak sekali yang datang, means that many people are support him. Yeeaaa.....Dan, inilah jawaban dari semua proses yang gak jelas antara aku dan dia selama ini, bahwa aku harus mendukungnya.
Yaa...aku mendukungnya kog, aku rela kau untuk Dia. Karna kau juga milikNya, sedikitpun aku tak punya hak untuk melarangmu memilihNya dan melarangNya memilihmu. Dia lebih membutuhkanmu, dan banyak orang diluar sana yang juga lebih membutuhkanmu daripada aku. Benar, benar...aku sudah ikhlas kog. Hahaha.. (tes..tes..tes.. :( )Dan, selamat bekerja diladangnya. Hahhaa....
Dedicated to all brother who will be a priest and all girl who was expect, expect, and (maybe) will expect them hahhaa...

NB: Cerita ini hanyalah fiksi dan imajinasi belaka, bila ada kemiripan memang saya sengaja...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Ceritamu tentang kaum berjubah lagi?
Hhmm....hahhaa

Lucia Astri mengatakan...

ehem, makasih2 komennya...hahhaa...btw siapa ya?