Malam itu
aku bertemu dengan temanku. Sudah cukup lama sepertinya kami tidak bertemu.
Kebetulan dia sedang ada acara dan menginap di Klepu. Aku menemuinya kira-kira
jam 7.30pm. Sudah malam, iya sudah malam, tapi kusempatkan menemui dia.
Kami hanya sedikit ngobrol di
Pastoran yang lebih mirip hotel itu. Setelah itu dia mengajak makan diluar
karena dia tidak begitu nyaman makan di sana. Klepu? Hhhm..itu jauh dari kota.
Jauhh sekali. Dia bilang, di mana lah terserah, jl. Godean pun jadi. Aku udah lapar.
Lalu karena tiba-tiba aku pengen sengsu, aku ajak dia cari sengsu. Biasanya di
daerah Minggir itu ada sengsu. Dia manut2 aja. Lalu kami memacu motor kami
masing2. Sudah malam, gelap, sawah2, jalan desa. “Heh..iki tekan ngendi? Kok
sawah2? Ndeso banget!” katanya. “Hahaa…nggaya banget sih! Aku tidak akan
menjerumuskanmu!” jawabku sambil tertawa.
Kami menuju sengsu yang kumaksud,
dan ternyata…deng..deng..sengsunya tutup! Hahaha…Aku sih tidak begitu kecewa,
aku tidak begitu lapar juga. Lalu dia agak menggerutu dan marah, “Mana?”
tanyanya. “Duh ternyata tutup. Gimana ni? Kamu meh maem opo?” tanyaku, dan aku
bener2 gak enak. “Yaa terserah kowe wae. Manut aku.” jawabnya.
Setelah muter2, akhirnya kami maem
di penyetan, masih disekitar Minggir. “Iki sih jarak e wes kayak neng kota!”
katanya. “Orak ya!” jawabku.
“Wes
adoh-adoh, lewat pring-pring, mblusuk2, sawah2, ndeso banget, akhir e ming neng
kene!”
“Heh,
santeee loh. Nggaya banget sih! Sekali2 lah ben dirimu ora neng kota terus!”
“Kan aku
mau ngomong, neng daerah jl. Godean yo rapopo, sik penting kita maem, trs iso
ngobrol2 gitu!”
“Kan mau
kita meh maem sengsu!”
“Kita? Kowe
wae, aku sih orak! Egois e kw ki!”
“Halahhh…nggaya
banget sih! Egois piye sih? Remuni mau terserah?!”
“Ra
mbayangke aku nek pacaran, koyo ngene ki terus tak tinggal bali kowe!”
“Huakakak….untung
kita ra pacaran ya! Yo kon nek arep tok tinggal bali!” jawabku sambil ngekek.
“Woo..racetho!”
“Huahaha..untung
Mas Dika ra kayak kowe” jawabku masih sambil ngekek.
***
Perdebatan kami hanya selesai
disitu, lalu kami makan. Setelah makan kami masih ngobrol2 sampai malam. Dan
ngobrol2 itu pun didalamnya juga ada perdebatan2 ra cetho kami.
***
Ternyata, hanya masalah tempat makan
aja kami berdebat kayak gitu. Duh, untung nggak sama Mas Dika, jangan2 nek dia
yang ada diposisi temenku itu, dia yo marah2 (lebih parah paling). Dan,
yaa..mungkin aku nggak boleh egois. *emang aku egois ya? Ahh..mbuh deh….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar