Jadi ceritanya aku udah punya passport. Hehee…dan
ternyata membuat passpor itu gampang banget kok, kayak membuat KTP. Kemarin
sebelum membuat passport, aku udah searching-searching tentang membuat
passport, well, it helps me so much! J
Ada juga kok pembuatan passport secara online, kita tinggal buka link,
klik-klik trs tinggal datang ke bandara, tapi kita harus upload berkas-berkas
kita. Kalo dari info yang aku dapatkan,
aku harus bolak-balik ke kantor imigrasi 3 kali, dan biayanya adalah Rp
255.000,00. How about now? Check this out!
Karna aku tinggalnya di Jogja, jadi aku membuat
passport di Jogja aja yaitu di kantor Imigrasi, di Jalan Solo, letaknya depan
SPBU Bandara Adi Sucipto atau sebelah barat Bandara. Nah setelah sampai disana,
nanti ditanya2 sama mas-mas penjaga di depan pintu. Setelah itu diberi nomer
antrian dan disuruh ngambil map kuning di sebelah kiri pintu masuk.
Setelah mengambil map, langsung kita isi aja
data-data diri kita. Oh iya, supaya cepet, kita persiapkan syarat-syarat yang
harus kita bawa, yaitu
1.
Fotocopy KTP dan KTP asli
2.
Fotocopy KK dan KK asli
3.
Fotocopy ijazah/akta kelahiran/surat
baptis dan yang asli (pilih salah satu)
Ingat
ya, kita harus bawa yang asli juga. Sebenernya syarat-syarat diatas udah cukup
kok, tapi kalau kita mau go aboard dalam rangka student exchange atau tugas
dari kampus gitu, kita juga perlu surat rekomendasi dari kampus beserta
fotocopyannnya.
Nah,
kalau yang mau cari passport anak dibawh 17 tahun, syarat-syaratnya sama kayak
yang di atas itu, tapi ditambahi dengan
1.
Fotocopy KTP kedua orang tua dan KTP
asli
2.
Surat pernyataan dari orang tua.
Ribet?
Nggak kok, yakin deh!
Setelah
kita isi data-data yang ada di map kuning tersebut, kita tinggal tunggu no
antrian kita dipanggil di loket 1. Kalau loket 2 dan 3 itu untuk yang udah
daftar online.
Kemarin
aku sampai di Kantor Imigrasi sekitar pukul 08.30 WIB dan aku udah dapat
antrian no 67. Jadi kalau mau cepet, sebaiknya datang pagi-pagi, sekitar pukul
08.00 WIB. Sambil nunggu no antrian, aku ngobrol-ngobrol sama mbak cantik.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul, ternyata dia anak UGM Keperawatan. Namanya Shintia.
Rumahnya deket Gereja Ganjuran. Dan dia juga pertama kali ini membuat passport.
Dia dapat antrian no 66. Dia mau ke Thailand dalam rangka semacam pertukaran
pelajar. Ihh waww banget ya? Waaa…Lalu kami saling tanya apa beda passport 24
halaman dan 48 halaman, berapa harganya, dsb.
Setelah
kami searching-searching ternyata passport 24 halaman itu berlaku selama 3
tahun. Biasanya digunakan oleh orang-orang yang mau naik haji, sebagai TKI,
atau ada tugas khusus. Harganya pun lebih murah, sekitar 200an ribu.
Sedangkan
passport 48 halaman itu untuk umum. Masa berlaku selama 5 tahun. Harganya lebih
mahal, yaitu sekitar 255ribu. Oke, fix, berarti kami nyari yang 48 halaman. Nah
karena nomer antrian kami masih lama, akhirnya dek Shintia ke kampus dulu. Kami
saling bertukar nomer HP, dengan tujuan kalau udah sampai nomer antrian 60 aku
bisa SMS ke dia.
Sejenak
aku nunggu sebentar, melihat kanan-kiri, dan….aku melihat sosok mbak Endang!
Jadi dulu kami ketemu karena sering berkelana di kapel kampus *berkelana?* Mbak
Endang itu dari BK 2006. Dia kemarin sama anaknya yang no 3. Setelah ngobrol
ngalor-ngidul, ternyata mbak Endang juga baru aja resign, yaitu Juni tahun ini
*ahh, out of the context!* Ternyata yang membuat passport adalah anak mbak
Endang. Anaknya itu mau ikut festival tari di Hongkong. Anaknya baru kelas 3
SD, di SD Kanisius Condong Catur *cah cilik ik wes tekan hongkong, aku? =.= *
Setelah
nunggu agak lama, akhirnya tibalah giliranku. Itu termasuk cepet dink karena
ada beberapa nomer antrian yang dipanggil tetapi orangnya nggak ada. Dan pas
aku tanya di dalam, kalau nomernya tadi kelewatan gimana? “Wah, ya nanti kami
panggil lagi mbak. Kalau semuanya udah habis” Nah, jadi kalau ngantri, mending
nggak usah ditinggal pergi-pergi ya.
Aku
masuk ke ruangan dan ke loket 1. Sama mbaknya ditanya, mau ke mana, alamat,
pekerjaan, dsb. Setelah di cek semuanya lalu langsung disuruh foto. Fotonya
nggak jauh kok, cuma di deket mbaknya udah ada petugas khusus yang memfoto.
Pas
foto gak boleh pake kacamata. Ternyata petugas yang memfoto itu adalah Pak
Matheo, dia adalah suaminya temenku yaitu Ivon. Setelah selesai foto,
ditanya-tanya lagi, disuruh ngecek nama, alamat, dan tempat/tanggal lahir.
Terus dikasih slip. Slip itu digunakan untuk membayar ke bank BNI. Dan ternyata
sekarang mbayarnya adalah Rp 355.000,00. Itu berarti naik Rp 100.000,00
huhuhuu….. Passport kita akan jadi 3 hari setelah kita bayar ke BNI.
Setelalah
selesai, aku dan dek Shinta menuju Bank BNI UGM yang letaknya disebelah selatan
Radio Swaragama. Karena sebelum berangkat tadi aku udah ngambil uang duluan,
jadi aku langsung bayar. Sedangkan dek Shinta ngambil uang di ATM dulu.
Bayarnya jadi Rp 360.000,00 karena Rp 5.000,00 digunakan untuk administrasi. Tidak
berapa lama, muncullah dek Shintia. Lalu dia segera membayar, setelah selesai
membayar, kami masih ngobrol ngalor ngidul. Lalu kami berpisah. Wah, dapat
teman setengah hari juga deh J
Tiga
hari berikutnya, aku mengambil passport di kantor Imigrasi. Proses ngambilnya
cepet kok. Setelah mendapatkan passport, kita disuruh untuk mengecek nama,
alamat, foto, dan tempat/tanggal lahir kita. Setelah bener semua, kita disuruh tanda
tangan dan disuruh memfotocopy passport kita @2 lembar. Disana juga ada tempat
foto copy kok, yaitu di sebelah bawah, deket parkiran. Foto copynya bayar Rp
1.000,00. Setelah difotocopy, satu diberikan di kantor Imigrasi satunya kita
bawa. Setelah itu…..jreng..jreng..selesailah acara pembuatan passport. Gampang
dan cepet kan? J
Jadi
kalau kita akumulasi biaya pembuatan passport adalah:
1
|
Biaya
pembuatan passport
|
Rp
355.000,00
|
2
|
Administrasi
Bank
|
Rp 5.000,00
|
3
|
Parkir
2@1000
|
Rp 2.000,00
|
4
|
Foto
copy passport
|
Rp 1.000,00
|
Total
|
Rp 363.000,00
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar