SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Senin, 04 Oktober 2021

135 Detik untuk Delia

 

135 Detik Untuk Delia

 

              Delia, gadis cantik dan berprestasi kelas 5 SD Taruna Bakti. Dia mempunyai banyak teman dan prestasi yang cukup membanggakan. Beberapa kali dia mewakili sekolahnya untuk lomba lari, dan hasilnya? Pasti dia mendapat juara pertama.

              Prestasi akademik Delia juga memuaskan. Dia selalu berada di peringkat 10 besar. Teman, keluarga dan guru sangat bangga pada Delia.

              Akhir bulan ini Delia akan mengikuti lomba lari tingkat Provinsi jadi Delia benar-benar harus rajin berlatih. Selain itu Delia juga harus disiplin dalam membagi waktu, waktu untuk belajar, berlatih lari, bermain bersama teman-teman dan waktu bersama keluarga.

              “Delia, nanti sore kamu bisa ikut mengerjakan tugas Matematika?” tanya Tasya sebelum pulang sekolah.

              “Hmm...nanti sore ya?” tanya Delia dengan ragu.

              “Iya, habis itu teman-teman berencana pergi ke kolam renang. Ikut yuk!” kata Tasya lagi. ‘Waah ke kolam renang sama teman-teman? Udah lama banget nih ngga renang bareng teman-teman. Tapi nanti sore ada latihan lari lagi. Ahh tapi latihan lari masih bisa besok lagi kok’ batin Delia dalam hati.

              “Ok, Tasya. Nanti aku ikut mengerjakan tugas dan ke kolam renang ya!” jawab Delia.

Sore itu Delia, Tasya dan teman-temannya mengerjakan tugas Matematika lalu berenang bersama.

              “Kamu akhir bulan ini ada lomba lari ya?” tanya Rara tiba-tiba.

              “Iya ni. Semoga menang lagi!” jawab Delia.

              “Kamu latihan hari apa aja?” tanya Rara lagi.

              “Hmm...sebisaku aja sih, kebetulan Ayah ku sendiri yang menjadi pelatihku, jadi yaa sebisaku. Sebenarnya hari ini latihan, tapi aku bilang ke Ayah kalau kita mau mengerjakan tugas, jadi ngga latihan deh!”jawab Delia.

              “Lhaa..Hari ini seharusnya kamu latihan ya? Kok kamu ngga bilang? Kamu ngga jadi latihan gara-gara aku ajak mengerjakan tugas Matematika ya?” tanya Tasya.

              “Enggak kok. Santai aja.” jawab Delia.

              ***

              “Kok baru pulang?” tanya Ayah Delia.

              “Iya, baru selesai, Yah.” jawab Delia sambil membereskan barang-barangnya.

              “Delia, jangan lupa ya. Akhir bulan kamu ada lomba di Provinsi. Kamu harus berlatih lebih rajin dan giat ya.” kata Ayah Delia mengingatkannya.

              “Iya, Yah. Aku ingat.” jawab Delia sambil lalu. Dalam hati, Delia berjanji bahwa besok dia akan mulai latihan untuk lomba lari.

              Tapi ternyata Delia terlalu asyik bermain dengan teman-temannya. Bermain dengan mereka lebih menyenangkan daripada latihan lari sendirian. Delia selalu menunda untuk mulai latihan lari. Dalam satu bulan dia hanya berlatih 2 kali, itupun hanya sebentar karena dia sudah tidak sabar untuk bermain dengan teman-temannya.
              “Ayah...itu lomba lari 100 meter kan? Ah kecil yah, aku hanya membutuhkan 30 detik untuk berlari sejauh itu.” jawab Delia ketika Ayahnya mengingatkan untuk berlatih.

              “Delia, ini perlombaan lho. Ini bukan lari dengan teman-teman sekolah kamu. Semua peserta lomba adalah pelari lho.” kata Ayah.

              “Iya, Ayah. Besok siang aku akan berlatih!” jawab Delia.

              Dua hari sebelum perlombaan, Delia fokus berlatih. Berlari 100 meter rasanya sangat jauh baginya, bahkan belum ada 100 meter nafasnya sudah terengah-engah.

              “Yaampun, kok capek banget ya yah?”kata Delia sambil melihat stopwatch yang dibawa Ayahnya, “Hah...60 detik??” tanya Delia tidak percaya.
              “Iya! 60 detik.” jawab Ayahnya. Delia mulai panik, kenapa dia jadi lambat dan juga susah mengatur nafas? Selama ini, lari 100 meter adalah hal yang sangat mudah baginya. Sore itu dia berlatih terlalu keras, dan tiba-tiba, “aduhhh….Ayahh! Tolong!” teriak Delia. Ternyata kakinya terkilir. Untuk jalan saja susah, bagaimana dia mau ikut lomba?

              “Udah, ngga usah ikut lomba! Kamu ngga bisa lari dalam keadaan kayak gini!” kata Ayahnya.

              “Ngga! Aku akan tetap ikut lomba, Yah!” jawab Delia sambil meringis kesakitan.

              Hari perlombaan pun tiba. Delia sudah siap, siap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Peluit tanda lomba lari sudah dibunyikan. Delia, dengan sekuat tenaga berlari, kakinya masih terkilir, justru lebih parah karena dia paksakan untuk terus berlari. Benar kata Ayahnya, semua peserta lomba ini adalah pelari.

              Delia masih ada di tengah lapangan ketika dia melihat beberapa lawan lomba nya sudah ada di garis finish. “Yang penting sampai garis finish!” kata Delia dalam hati.

              Dengan susah payah, akhirnya Delia sampai ke garis finish dalam waktu 135 detik. Dia sadar, bahwa dia tidak akan memenangkan perlombaan ini.

              “Maaf ya, Ayah.” kata Delia sambil memeluk Ayahnya, tak terasa air mata membasahi wajahnya yang sudah penuh dengan keringat.
              “Ngga apa-apa, Delia. Yang penting kamu sudah berusaha dan kamu mendapatkan pembelajaran dari kejadian ini. Selama ini kamu sudah menjadi yang terbaik diantara teman-teman kamu, tapi kamu tetap harus berlatih secara disiplin dan kamu harus bisa membagi waktu kamu dengan baik.” jawab Ayah.
              “Iya, Ayah!” jawab Delia. Lalu mereka berdua meninggalkan arena lomba lari tersebut.


 



Tidak ada komentar: