SeLamat datangg...


welcome...Sugeng rawuh...verwelkomen..benvenuto...gratus...willkommen...hougei...bem-vindo...

Selasa, 19 Oktober 2021

Nilai Sempurna Achi

 

Achi berjalan sendirian dengan sangat lesu dan sedih. Sinar matahari yang menyengat, bekal air minum dan uang saku yang habis rasanya menambah kesedihannya. Seragam merah dan putih yang ia kenakan juga berantakan. Teman-teman yang lain sudah pulang duluan.
            Tadi, sebelum pulang, Bu Sri memanggil Achi untuk datang ke ruang guru.

“Kamu ada masalah apa, Achi? Mungkin kamu bisa cerita ke Ibu.” kata Ibu Sri. Dengan muka bingung, Achi menggelengkan kepala. Bingung, kenapa tiba-tiba Ibu Sri menanyakan hal tersebut. Lalu Bu Sri memberikan selembar kertas, hasil penilaian pelajaran Matematika. Angka 30 menghiasi bagian atas kertas tersebut. Achi tidak tahu, harus berkata apa dan dia juga tidak tahu harus menjelaskan apa kepada Ibunya.

Sesampainya di rumah, Achi langsung memberikan kertas tersebut kepada Ibunya.

“Maaf bu!” kata Achi lesu. Ibu langsung mengambil kertas tersebut, dengan muka kaget Ibu langsung bertanya, “Ini kenapa nilai kamu seperti ini Achi? Bisa cerita ke Ibu?”

“Aku ngga tau, Bu. Maaf.” jawab Achi singkat.

“Coba Ibu lihat buku latihan Matematika kamu.” kata Ibu. Achi langsung mengambil buku latihan Matematika yang ada di tas lalu menyerahkan kepada Ibunya. Ibu melihat semua hasil pekerjaan di buku tersebut.

“Ini, kamu bisa mengerjakan semua latihan ini bahkan tulisan sangat rapi, tidak ada bekas coret-coretannya. Lalu kenapa kamu tidak bisa mengerjakan saat penilaian?” tanya Ibu dengan penasaran. “Rasanya baru kali ini kamu mendapat nilai seperti ini? Kemarin-kemarin juga tidak ada laporan apa=apa dari Bu Guru.” tambah Ibu.
            Masih diam, Achi mengambil satu buku lagi dari dalam tasnya. Tanpa berkata apa-apa, Achi menyerahkan buku tersebut ke Ibunya.

“Maaf bu, aku mau mengaku dosa. Achi udah nggak jujur Bu. Jadi beberapa waktu yang lalu Achi menemukan buku Kak Nadine. Setelah aku lihat-lihat ternyata soal-soalnya sama dengan soal-soal yang selama ini Bu Guru berikan padaku. Jadi setelah itu, Achi selalu mencontek dari buku Kak Nadine ini dan Achi ngga pernah belajar, ternyata Achi nggak bisa ngerjain soal pada saat penilaian. Maaf bu!” kata Achi dengan lesu.

“Achi, Ibu kecewa lho sama kamu. Kamu nggak jujur sama diri kamu sendiri. Kamu bisa mengerjakan soal-soal latihan itu tanpa melihat buku kayak kamu. Kalau kamu mencontek saat mengerjakan latihan, kamu pasti akan kesusahan saat mengerjakan soal penilaian. Kalau nilai kamu seperti ini, siapa yang rugi? Kamu sendiri kan?” kata Ibu.

“Iya bu. Maaf. Achi janji nggak akan melakukan hal seperti ini lagi!” jawa Achi.

“Ingat ya Achi, kalau kamu nggak jujur, yang rugi adalah kamu sendiri.” kata Ibu.

Sejak saat kejadian itu, Achi selalu bertindak jujur. Dia tidak pernah mencontek buku Kak Nadine lagi. Dia mengerjakan sendiri soal-soal yang diberikan oleh Bu Guru. Achi selalu ingat akan kata-kata Ibunya bahwa,”kalau kamu tidak jujur, yang rugi adalah kamu sendiri.”

Siang itu Achi berjalan dengan santai. Siang yang sama seperti beberapa hari sebelumnya, dengan bekal air minum dan uang saku yang habis juga, tapi hatinya tenang. Dilihatnya hasil lembar penilaian pelajaran Matematikanya. Nilai 75 menghiasi bagian atas kertas tersebut. Nilai yang jauh dari kata sempurna, tapi dengan sempurna dia bertindak jujur.

 


 

Tidak ada komentar: